Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasihanilah Orang yang Suka Nyinyir

3 Maret 2021   03:39 Diperbarui: 3 Maret 2021   04:10 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

Nyinyir itu apa? Kalau dari kamus besar bahasa Indonesia, nyinyir adalah mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet. Kesan yang timbul adalah negatif.

Nah contohnya bagaimana? Misalnya, kau melakukan apapun, ada orang yang selalu mengomentari atau mencereweti. Contoh konkretnya misalnya kau berbagi pada sesama, lalu diunggah di media sosial yang kau punya.

Lalu, kau dikomentari, dicereweti. "Berbagi kok diumumkan. Kamu sedekah apa riya," kata seorang warganet. Nah, kalau pandangan saya, contoh nyinyir adalah begitu.

Atau contoh lainnya, kau adalah lelaki, yang tak pernah lelah mencari wanita. Eh, kok kayak lirik lagu ya? Ah biarlah. Karena itu, di media sosialmu, kau berpakaian seksi dengan tonjolan otot di mana-mana. Lalu ada yang komen. "Ngapain sih otot kek gitu dipamerin. Mending buat istri saja, jangan diumbar," tulis yang nyinyir.

Padahal, yang difoto hanya otot bergelangan tangan, dada, dan bagian badan lainnya ke atas. Artinya hanya sepertiga atas badan yang difoto dan diunggah di media sosial.

Bagaimana kalau kau dinyinyirin? Usulku, jangan terlalu diambil hati. Nyinyir menggonggong kafilah berlalu. Biarlah mereka nyinyir. Bahkan, kalau perlu kasihanilah mereka yang suka nyinyir itu.

Sebab, bisa jadi yang nyinyir itu tak mampu sepertimu. Nyinyir tanda tak mampu. Bisa saja begitu. Bisa juga, nyinyir adalah kegiatan mereka. Kalau ngga nyinyir, maka mereka bingung mau apa.

Kan kasihan kalau orang kehilangan arah hanya gara-gara dilarang nyinyir. Biarkan saja seperti itu karena itu kegiatan mereka. Bisa juga mereka nyinyir karena mereka adalah orang-orang yang kesepian.

Orang yang kesepian itu, salah satu cara untuk tak kesepian adalah membuat kegaduhan. Coba bayangkan mereka yang nyinyir itu adalah orang yang selalu kesepian. Bingung mau ngapain mengisi hidup mereka. Mereka seperti memiliki gairah dan keramaian ketika nyinyir.

Bisa jadi mereka nyinyir karena mereka dibayar untuk nyinyir. Ya biarkanlah saja. Kalau mereka dilarang nyinyir, mereka mau kerja apa, mau dapat duit dari mana?

Lalu, apakah mereka yang nyinyir itu bisa jadi pemateri dalam sebuah seminar? Apakah mereka yang nyinyir itu bisa jadi pendakwah dengan pengetahuan agama yang mumpuni. Apakah mereka bisa menggerakkan ribuan massa dengan pengeras suara di jalanan.

Janganlah. Biarkan mereka nyinyir. Karena memang tak punya pekerjaan selain nyinyir. Biarkan mereka nyinyir. Siapa tahu nyinyir mereka bisa bermutasi ke arah yang lebih baik. Ya kan?

Ya ngga juga sih! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun