Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setelah Moeldoko Menjawab SBY, Lalu Bagaimana?

26 Februari 2021   14:13 Diperbarui: 26 Februari 2021   14:27 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moeldoko. kompas.com/nova wahyudi

Saya pikir, drama kudeta di Partai Demokrat akan menyeret banyak partai. Lalu, drama itu jadi gaduh dan bisa menguntungkan beberapa pihak, khususnya soal kepopuleran. Tapi, semakin ke sini, drama yang disuguhkan makin mengerucut kecil. Hanya drama di internal Demokrat, tak terkait dengan pemerintah, parpol lain, menteri. Hanya terkait dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Sejak mula isu kudeta itu muncul, Moeldoko termasuk yang dituding sebagai pihak yang akan menggulingkan Ketua Umum Partai Demokrat saat ini, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, sejak mula pula, Moeldoko tak menyeret nama Presiden Jokowi.

Bahkan, Moeldoko mengatakan Presiden tak tahu menahu soal isu itu. Cerita ini sempat melebar ke parpol lain. Tapi, kemudian isu ini tenggelam setelah ada isu tentang Rp 9 miliar dana APBD untuk pembangunan musem Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mantan Presiden Republik Indonesia yang sekaligus tokoh sentral Partai Demokrat.

Kemudian, isu Rp 9 miliar itu melemah setelah uang itu dikembalikan ke APBD, tak jadi untuk membangun museum SBY. Setelahnya, SBY memberi pernyataan. Pernyataannya pun sangat mengerucut. Yakni menuding tanpa tedeng aling-aling Moeldoko sebagai sosok yang akan mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat saat ini. SBY tak menyebut pihak lain sebagai yang menggerakkan Moeldoko.

Lalu, Moeldoko mengeluarkan pernyataan. Dia bilang, tak mau ditekan. Moeldoko bahkan bilang dia sedang sibuk dengan pernikahan anaknya. Meoldoko hanya memberi pesan bahwa dia tak mau ditekan. Moeldoko sepertinya ingin menjelaskan bahwa dia tak mau dituding seperti itu.

Lalu bagaimana setelah drama ini? Ya hanya seputaran Partai Demokrat, AHY, dengan Moeldoko. Sudah di situ saja. Partai lain? Ya sibuk dengan urusannya sendiri. Apakah dinamika di Partai Demokrat yang makin mengerucut ini akan jadi omongan publik politik secara luas?

Saya tak yakin akan jadi bahan perbincangan luas. Sebab, sangat-sangat internal dan tak berkaitan dengan pemerintah atau dengan parpol lain. Saya pikir ini akhirnya jadi riak di internal Partai Demokrat. Mungkin juga upaya Partai Demokrat untuk menyolidkan diri. Mungkin saja.

Saya pun tak yakin dari kejadian ini, kepemimpinan AHY yang dikesankan dizalimi akan menjadikannya populer. Jadi ya, hanya riak-riak di internal saja. Ya begitu saja. Apakah akan mengerek nama Partai Demokrat? Saya tak bisa memastikan, tapi sepertinya juga tidak. Sebab, ini cerita yang sangat rumah tangga sekali.

Tapi tak tahu kalau memang Kongres Luar Biasa (KLB) itu terjadi. Riak riak akan membesar. Jika dari KLB itu, Demokratnya AHY bisa bertahan, maka jadi modal luar biasa mereka untuk Pemilu 2024. Artinya, Demokrat bisa melewati ujian perpolitikan. Tapi kalau AHY tumbang, ya sudah selesai pula cerita SBY di perpolitikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun