Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polisi atau KAMI yang Akan Dapat Simpati Publik?

15 Oktober 2020   13:55 Diperbarui: 15 Oktober 2020   13:58 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Purn Gatot Nurmantyo. (KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)

Ada delapan orang yang merupakan petinggi dan anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ditangkap polisi. Mereka ditangkap terkait dengan demo menolak UU Cipta Kerja.

Petinggi KAMI seperti Din Syamsuddin dan Jenderal Purn Gatot Nurmantyo langsung menyambangi Bareskrim, Kamis (15/10/2020). Saya menduga kedatangan petinggi KAMI ke polisi ingin mengklarifikasi sekaligus berusaha membebaskan mereka yang ditangkap.

Di sisi lain pihak kepolisian membeberkan bahwa penangkapan itu murni karena dugaan penghasutan. Bahkan, seperti diberitakan Kompas.com, personel KAMI Jawa Barat dipanggil kepolisian untuk meminta penjelasa  soal dugaan kasus polisi dianiaya di markas KAMI.

Insiden-insiden di atas adalah rentetan aksi yang dilakukan KAMI sejak didirikan Agustus lalu. KAMI sangat getol mengkritisi pemerintahan Jokowi. Gelombang kritik itu seperti tak berhenti.

Sepertinya mereka akan berusaha mendapatkan ruang di tengah isu-isu penting. Tentu sah-sah saja itu dilakukan sebagai bentuk eksistensi organisasi. Kalau tak ada dalam pusaran isu nasional, KAMI tentu akan tenggelam dalam hiruk pikuk pemberitaan.

Saya pun menduga, langkah pihak KAMI memang ingin mendapatkan simpati publik. Hal itu juga wajar-wajar saja karena KAMI memang butuh dukungan publik untuk merealisasikan cita-cita mereka. Kalau soal cita-cita konkret mereka apa, saya memang tak paham.

Menarik untuk dicermati apakah KAMI akan mendapatkan simpati dari masyarakat secara luas? Sebab, KAMI kini berada dalam posisi mengkritisi pemerintah dan merasa jadi korban karena penangkapan.

Kalau masyarakat simpati pada KAMI, maka gelombang KAMI akan terjaga. Tapi kalau langkah KAMI tak mendapatkan simpati, ya siap-siap saja KAMI melempem dari hari ke hari.

Di sisi lain, bisa jadi masyarakat secara luas malah justru simpati pada polisi. Sebab polisi telah menjalankan tugasnya untuk menjaga ketertiban. Siapa yang tak tertib dan melakukan provokasi, bisa ditangkap.  

Atau jangan-jangan masyarakat secara luas tak terlalu tertarik dengan segala "drama" politik itu. Drama politik tentang siapa yang jadi lakon dan siapa yang jadi musuh?

Bisa jadi masyarakat secara luas tak tertarik. Apalagi masyarakat yang menilai bahwa politik itu intinya sama, mereka yang protes pun bisa jadi tak lebih baik jika diberi kesempatan berkuasa. Sebab, cerita dari setelah Reformasi sampai sekarang telah menjelaskannya.

Bisa jadi masyarakat secara luas lebih tertarik mencari nafkah dan berbuat baik pada tetangga, daripada mikir hiruk pikuk yang begitu-begitu saja.  Bisa saja seperti itu kan?

Politisi bisa berebut panggung dan pengeras suara. Tapi kalau tidak afa penonton, terus mau apa? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun