Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beda Guru Masa Orba dengan Setelah Reformasi

27 September 2020   15:01 Diperbarui: 21 Mei 2021   01:11 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: KOMPAS.COM/FIRMANSYAH

Tentu banyak perbedaan antara guru di masa Orde Baru (Orba) dengan guru di masa setelah Reformasi. Namun, saya hanya ingin melihat perbedaan seperti yang pernah saya alami.

Sebelum berbicara perbedaan guru, maka saya akan menulis soal Orba dan Reformasi. Orba adalah pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Soeharto. Hal itu terjadi sejak 1966 sampai 1998.

Sementara, masa Reformasi terjadi pada 1998. Masa Reformasi salah satunya ditandai dengan tumbangnya Presiden Soeharto. Maka, masa setelah Reformasi adalah masa setelah Soeharto turun, yakni 21 Mei 1998.

Ekonomi

Saya akan bercerita soal guru di masa Orba. Di masa itu, guru cenderung patuh pada pemerintah, apalagi guru sekolah negeri. Mengingat saya selalu sekolah di sekolah negeri, maka pemandangan guru yang patuh itu saya lihat.

Saya tak tahu berapa gaji seorang guru dengan status pegawai negeri di masa Orba. Tapi saya menyaksikan sendiri, saya punya guru dengan status sebagai pegawai negeri, tapi  punya pekerjaan sampingan.

Baca juga : Aksi Nyata Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak

Ada guru saya yang kalau pagi mengajar, kalau malam jadi satpam. Cerita sang guru sudah merebak di banyak telinga. Terus terang saya tak pernah melihat sang guru saat menjalankan tugas sebagai satpam di sebuah rumah makan besar.  

Rumah makan itu cukup jauh dari sekolah tempat saya belajar alias beda kecamatan. Tapi, ada satu teman yang pernah melihat si guru menjalankan tugasnya sebagai satpam.

Ada juga guru yang punya dua profesi sampingan. Pagi mengajar, sore jualan minuman keliling, malam jadi tukang pijat. Saya lihat sendiri sang guru jualan es keliling. 

Kadang berhenti di madrasah diniah, tempat saya sekolah keagamaan Islam pada sore hari. Saya juga lihat lapaknya di pasar. Sebuah lapak yang menjelaskan sebagai tempat pijat.

Tapi guru yang jualan plus jadi tukang pijat ini bukan guru saya di sekolah. Dia adalah guru teman saya yang beda sekolah. Ada juga beberapa guru yang istrinya jualan makanan untuk menopang kondisi ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun