Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP Bisa Bernasib Seperti Demokrat?

9 September 2020   09:00 Diperbarui: 9 September 2020   09:01 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: tribun jogja/hasan sakri gozali

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terus diserang. Jika terus digerus isu atau berita negatif, bisa saja PDIP bernasib seperti anjloknya Partai Demokrat di Pemilu 2014.

Partai Demokrat adalah pemenang Pemilu Legislatif 2009. Saat itu, Demokrat mendapatkan 20,85 persen. Namun, di rentang 2009 sampai 2014, Demokrat digoyang kasus. Di rentang waktu itu, beberapa politikus elite Demokrat diproses KPK, seperti Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh.

Di sisi lain, pada Pilpres 2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak bisa lagi mencalonkan diri sebagai Presiden. Sebab, SBY sudah dua periode menjadi Presiden.

Saya menilai terjerumusnya politisi Demokrat di kasus korupsi telah menggerus elektabilitas Demokrat. Selain itu, faktor SBY yang tak lagi bisa menjadi Presiden ikut menurunkan eleltabilitas Demokrat. Sebab, bisa jadi orang memilih Partai Demokrat karena dia memilih SBY jadi Presiden.

Di Pemilu Legislatif 2014, persentase suara Demokrat anjlok sampai 50 persen. Demokrat hanya mendapatkan 10,19 persen suara dan berada di peringkat empat.

Lalu, lihatlah PDIP. Pada Pemilu Legislatif 2019, PDIP menjadi pemenang. PDIP mendapatkan suara 19,33 persen. Jokowi yang kader PDIP juga kembali terpilih menjadi Presiden untuk periode 2019-2024.

Kemudian, gelombang menyerang PDIP menyeruak luar biasa. Dari mulai RUU HIP sampai pernyataan Puan Maharani soal Sumatera Barat. Soal politik dinasti pun mengarah ke PDIP karena majunya anak dan menantu Presiden Jokowi di Pilkada 2020.

Tak hanya itu, kondisi di luar politik telah mempengaruhi pemerintahan, yakni pandemi. Adanya pandemi telah mengubah banyak hal. Pemerintah juga terlihat kewalahan mengatasi pandemi. Padahal, PDIP adalah bagian dari pemerintahan saat ini. Maka, serangan pada PDIP pun makim tajam.

Jika serangan pada PDIP makin tajam, tentu berpotensi menggerus suara PDIP. Satu lagi, Jokowi tak bisa maju lagi sebagai Presiden pada Pilpres 2024. Hal ini seperti yang dialami SBY pada Pilpres 2014.

Adakah potensi suara PDIP turun karena Jokowi tak bisa nyapres lagi? Potensi itu ada. Apalagi jika pemilih memilih PDIP karena Jokowi yang jadi capres. Jika pemilih model seperti itu, maka si pemilih bisa meninggalkan PDIP karena Jokowi tak lagi bisa nyapres.

Maka, sepertinya PDIP perlu mulai memikirkan agar tak bernasib seperti Partai Demokrat. Polemik seperti yang terjadi belakangan ini juga harus tak lagi terjadi. Jika terus terjadi, akan makin menggerus suara PDIP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun