Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Tukang Bangunan Independen yang Tersudut

14 Juli 2020   05:44 Diperbarui: 14 Juli 2020   08:51 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tukang bangunan. foto tribunnews/jeprima

Tukang bangunan independen adalah mereka yang bertukang secara individu. Keberadaan mereka terancam karena adanya oknum yang malas dan manajemen yang lebih bagus dari pemborong.

Mungkin kesimpulan di atas terlalu prematur. Namun, ada alasannya berdasar cerita dari seorang teman belum lama ini. Seorang teman ingin membangun rumah, lalu kami bercerita. Si teman ini mengatakan bahwa dia ingin mencari pemborong saja.

Dia enggan memakai tukang bangunan independen. "Nyari pemborong saja. Kalau yang harian (tukang bangunan independen) berat," katanya. Dia bercerita bahwa ada pengalaman yang tak enak ketika menggunakan jasa tukang bangunan independen.

Mungkin karena dia sedang bertemu dengan oknum tukang bangunan independen yang malas. "Kerja sehari cuma beberapa jam, karena banyak kepotong makan dan istirahat," ujarnya. Imbasnya, pekerjaan tak cepat selesai dan biaya membengkak.

Karena pengalaman itulah dia memutuskan untuk mencari pemborong guna membangun rumah. Menurutnya, dengan pemborong hitung-hitungannya jelas dan pekerjaan bisa lebih tuntas.

Itu semua adalah pandangan pribadi teman saya. Sah saja dia kecewa dengan performa oknum tukang bangunan independen. Sehingga memutuskan mencari pemborong.

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari obrolan ini. Pertama adalah bahwa tukang bangunan independen makin terancam ketika ada oknum dari mereka yang kerja seenaknya. Ketika ada yang kerja seenaknya, maka profesi tukang bangunan independen akan tercoreng. Ini kasusnya sama dengan profesi apa saja. Oknum itu memang menggerus nama profesi.

Kalau sudah tercoreng, maka kepercayaan pada tukang bangunan independen akan berkurang. Padahal, ada juga tukang bangunan independen yang saya lihat kerja dengan baik, benar, dan tepat waktu.

Kedua, keberadaan pemborong mungkin akan lebih banyak dicari. Khususnya untuk membangun bangunan agak besar. Mungkin karena orang ingin praktis. Walaupun sebenarnya bisa saja mereka melakukan pekerjaan yang tak semestinya. Yang namanya orang, kalau curang ya curang saja, tak peduli pemborong atau tukang bangunan independen.  

Ketiga, pada akhirnya tukang bangunan independen menginduk pada pemborong. Mereka kerja bareng pemborong. Mereka yang sebelumnya independen, kemudian menjadi pekerja bagi orang lain. Statusnya berubah dan konsekuensinya pun berubah.

Keempat adalah efek dari pelajaran pertama. Memang akan lebih baik jika tukang bangunan independen berjejaring walaupun agak sulit dilakukan. Berjejaring termasuk bagaimana mereka bisa berbagi pekerjaan dan memastikan bahwa tukang bangunan independen yang direkomendasikan adalah orang yang jempolan.

Berjejaring memungkinkan mereka untuk saling mengingatkan bahwa profesi tukang bangunan independen adalah profesi yang mulia. Pekerjaan ini telah memberi nafkah pada keluarga. Maka, jangan sampai ada yang mencoreng profesi ini dengan kerja alakadarnya.

Mereka yang memiliki rekam jejak buruk, sekalipun sudah diberi "penataran", tak usah direkomendasikan saja. Jejaring ini bukan hanya merekomendasikan siapa yang layak menjadi tukang dan siapa yang tak layak menjadi tukang.

Di zaman yang serba instan ini, orang pun cenderung ingin mendapatkan duit sebanyak-banyaknya dengan cara yang instan pula. Tak hanya mereka yang ada di level atas, di level bawah pun berpotensi demikian. Hanya integritas yang membuat profesi masing-masing dari kita menjadi dipercaya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun