Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nostalgia 21 Tahun Lalu, Antusiasme Coblosan Pemilu 1999

7 Juni 2020   06:00 Diperbarui: 7 Juni 2020   19:12 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi, foto Kompas/Mahdi Muhammad dipublikasikan Kompas.com

Juga ada dua PSII yakni PSII dan PSII 1905. Ada tiga PNI, yakni PNI Supeni, PNI Massa Marhaen, dan PNI Front Marhaenis yang diketahui Probosutedjo (adik mantan Presiden Soeharto).

Masih banyak lagi partai yang muncul di Pemilu 1999. Satu yang aku ingat di masa sebelum tahapan Pemilu 1999 dilaksanakan, adalah antusiasme warga yang luar biasa. Orang yang dulu tak pernah bersinggungan dengan partai, tiba-tiba aktif jadi kader partai.

Mereka melakukan itu karena merasa ikut memiliki partai. Ada juga yang beromantisme dengan kembali menjadi kader partai di masa Orde Lama. Maka, saat itu saya yang masih bau kencur juga heran. Kenapa orang bisa berbondong-bondong ikut menguatkan partai?

Basis massa seperti NU dan Muhammadiyah juga jadi basis partai. Warga NU saat itu terbelah dua yakni di PPP dan PKB. Ada juga yang mengikuti SUNI, PKU, PNU, tapi jumlahnya tak signifikan. Warga Muhammadiyah setahuku berlabuh ke PAN.

Jadi, kalau orang-orang NU di kampungku, setelah pengajian pagi selesai, langsung mbahas persiapan pemilu. Jadi catat ya... membahas politiknya bukan saat pengajian. Tapi selesai pengajian bubar, mereka membahas politik, kalau tidak PPP ya PKB. Unik, tapi menarik. Saya suka itu.   

Teman, saya juga punya saudara yang setiap harinya lebih sering nampang sebagai playboy kampung. Ya kalau tidak playboy ya mirip-mirip playboy. Tak ada aura politik sedikit pun. Eh, pas masa Reformasi itu, dia jadi simpatisan partai yang cukup heroik. Dia ikut PDIP. Aku juga heran, hampir semua orang merasa menjadi anggota partai kala itu.

Saya juga mendengar desas-desus bahwa saat itu, banyak orang rela mengeluarkan uang pribadinya untuk kepentingan partai. Bahkan sampai akar rumput pun melakukannya. Mereka berpikir bahwa itulah masa di mana kebebasan berpartai muncul dan mereka mengharapkan akan kehidupan yang lebih baik.

Desas-desus itu menguat karena faktanya banyak posko partai berdiri. Posko-posko itu dibangun oleh orang-orang kampung, pakai dana patungan. 

Poskonya dibangun dari bambu lalu ada gambar partainya. Dan tak ada gesekan antarposko. Buktinya adalah fenomena yang tak jauh dari rumahku. Tak jauh dari rumahku ada posko PPP, 10 meter di samping posko PPP ada posko PDIP. Ya biasa saja tak ada kegegangan.

Kadang ada yang tidur di posko sampai pagi. Sampai orang-orang berangkat kerja, masih ada yang tidur di posko hahaha. Biasanya anak muda yang malam harinya curhat tentang pacarnya atau tentang wanita yang dia incar. Curhat cinta di posko. 

Dulu kalau curhat sama teman harus tatap muka, tak bisa lewat HP, karena HP masih sangat-sangat langka. Paling lihat HP saat nonton sinetron Si Doel Anak Sekolahan, yakni saat adegan Sarah menelepon atau ditelepon Roy, lelaki botak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun