Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Mas Menteri Nadiem Pusing Mikir Siswa dan Ojol?

9 April 2020   10:44 Diperbarui: 9 April 2020   10:54 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mnedikbud Nadiem Makarim, foto kompas.com

Di masa wabah corona ini, banyak pihak yang mengalami kesulitan. Dua di antara yang mengalami kesulitan adalah anak didik dan driver ojek online (ojol) dan juga taksi online. Anak didik, khususnya yang masih kelas satu SD tentu mengalami kesulitan karena harus belajar dari rumah.

Anak kelas satu tak terlalu paham bagaimana belajar secara online. Jika kemudian mereka dipahamkan dengan belajar online, masalah selanjutnya adalah apakah materi belajarnya dipahami atau tidak. Tidak mudah memahamkan mata pelajaran pada anak kelas satu SD kalau tidak terbiasa.

Problem yang sama juga akan dirasakan oleh anak didik lainnya yang tak terbiasa dengan sekolah online. Bahkan, guru yang terbiasa dengan tatap muka pun akan mengalami kendala mengajar secara online.

Akhirnya, yang terjadi adalah murid lebih sering diberi tugas dan mekanisme sekolah online tak terlalu tampak terjadi. Di perguruan tinggi pun, mekanisme belajar online bisa mengalami kendala finansial. Misalnya, ketika memakai aplikasi percakapan online, tentu akan menyedot banyak pulsa telepon genggam.

Itu masalah di dunia pendidikan. Lalu bagaimana dengan ojol dan taksi online? Kondisi mereka di tengah wabah corona ini terpuruk. Semakin jarang orang keluar rumah semakin jarang pelanggan ojol dan taksi online. Pendapatan pun berkurang dan bisa berdampak pada asap dapur masing-masing.

Apalagi, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta mulai  10 April 2020 membuat ojol tak boleh antar jemput penumpang. Tentu hal ini makin memperpuruk kondisi ojol. Ketua Presidium Nasional Garda (komunitas ojek online) Igun Wicaksono seperti diberitakan detik.com mengatakan bahwa pendapatan ojol 70 sampai 80 persen didapatkan dari antar jemput penumpang.

Nah, fenomena pendidikan dan ojol itu apakah membuat Mas Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan jadi pusing? Saya tentu tak tahu. Untuk pendidikan jelas bahwa Mas Nadiem adalah orang yang berada di belakangnya karena dia adalah menteri. Dengan pengalamannya di organisasi privat, tentu diharapkan Mas Nadiem bisa membuat terobosan atau kebijakan yang membuat mekanisme belajar mengajar berjalan dengan baik di tengah wabah corona.

Tentu ini membutuhkan pikiran yang tak mudah. Mas Nadiem harus memutar otak bersama pada pejabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Apalagi, pendidikan adalah sektor penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari pendidikan nantinya akan muncul sumber daya manusia yang diharapkan bisa memajukan kehidupan bangsa.

Yang perlu dipusingkan Mas Nadiem sebenarnya adalah mekanisme belajar mengajar di desa. Kalau di kota saya pikir orang sudah familiar dengan teknologi di telepon genggam. Namun, di desa tidak semua orang paham paham dengan teknologi telepon genggam. Selain itu, kadang di desa tertentu adalah problem susah sinyal. Sekarang bagaimana agar pada anak didik yang di desa itu bisa maksimal belajar mengajar di tengah wabah corona.

Lalu, bagaimana dengan ojol. Sepengetahuan saya, Mas Nadiem sudah tak berada di puncak perusahaan transportasi online lagi. Tapi, saya mengira bahwa Mas Nadiem masih memiliki cukup power mengingat dia adalah pendiri.

Bayangkan saja jika perusahaan yang dirintis saat ini bisa kena dampak corona dan bisa berkepanjangan. Sebab, kita tak tahu sampai kapan corona akan terus mewabah. Tentu ada sisi emosional yang kuranhg sreg ketika perusahaan yang dibangun mengalami nasib tak enak di masa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun