Mohon tunggu...
Money

Tren Bisnis dan Investasi dalam "Digital Money"

8 November 2017   23:43 Diperbarui: 8 November 2017   23:55 7126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Internet-pun telah membuka jalan untuk setiap orang dapat belajar dan menemukan ide-ide, yang pada hari ini telah membuka jalan bagi setiap orang untuk membangun bisnis e-Commerce mereka. Tidak lepas dari tujuan bisnis adalah untuk menciptakan kerjasama yang menghasilkan profit atau keuntungan tentunya, maka diperlukan suatu sistem pembayaran, tentunya dengan uang. Pada awalnya pembayaran dilakukan melalui Bank ke Bank, dan semakin beranjak hanya melalui ATM, dan kemudian saat ini perusahaan sudah menciptakan sendiri tempat menghimpun dana mereka dalam bentuk saldo pada akun daripada platform e-Commerce mereka sendiri.

Hal ini berupa digtal money, dimana perusahaan tersebut menghimpun dana yang berbentuk elektronik. Penggunaan metode ini dinilai awalnya diragukan oleh masyarakat, namun seiring waktu perusahaan telah menjadi perusahaan yang bonafit, kini banyak masyarakat yang mempercayai untuk meninggalkan dana mereka dalam akun mereka di perusahaan tersebut. Ditambah lagi dengan promo-promo yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan e-Commerce tersebut, yang apabila seseorang melakukan top-up atau menaikan dana mereka pada akun mereka, maka mereka akan diberkan promo-promo, sepert diskon, gratis ongkos kirim, dan sebagainya. Hal ini-pun mulai menjadi trend di kalangan e-Commerce di Indonesia, contohnya Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Grab, dan Uber dimana pengguna dapat menyimpan saldo atau dana pada akunnya agar berbelanja atau melakukan pembayaran semakin mudah, cepat, efisien, dan nyaman, bahkan mendapatkan promo-promo menarik lainnya.

Mengenai Investasi pada digital money, contohnya seperti Bukalapak-pun juga menyediakan fitur BukaReksa dan BukaEmas, dimana pengguna dapat melakukan investasi Reksadana dan jual beli emas langsung di Bukalapak, tanpa harus dengan repot mengatur dan menyiapkan segala dokumen-dokumen lainnya selain data diri. Pengguna dapat langsung ikut serta berinvestasi menggunakan saldo dana mereka yang mereka miliki pada akun mereka. Dari penjelasan diatas, Digital Money dapat diperkirakan memiliki perkembangan yang baik, karena memiliki berbagai manfaat, serta akan terus berkembang untuk kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan lainnya. Namun walaupun Trend Penggunaan Digital Money Dalam Bisnis dan Investasi di Indonesia semakin berkembang, tetap perkembangan tersebut belum merata. Hal tersebut yang harus dperhatikan oleh pemerintah pada saat ini, dimana agar dimasa yang akan datang, masyarakat Indonesia sudah dapat mengenal dan menerapkan digital money dalam bertransaksi, baik dalam bertransaksi melalui E-Commerce, Investasi, dan sebagainya.

Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Deny Kurnia‎ menyatakan Indonesia dipandang sebagai salah satu kawasan yang sangat penting dalam peta ekonomi digital dunia. Indonesia dijuluki Ibukota Twitter karena memiliki pengguna Twitter paling aktif di dunia. Indonesia menjadi salah satu pasar besar industri internet yang diakui dunia. "Penggunaan aplikasi seperti Gojek, Doku, dan Blanja menjadi populer di Indonesia. Ini membuka peluang-peluang baru yang tidak terpikirkan sebelumnya dan menjembatani kepentingan berbagai pihak yang mencakup produsen, konsumen dan pasar. Jelas itu menunjukkan pentingnya pasar Indonesia di era perdagangan digital," ungkap dia.

Data dan Fakta Perkembangan FinTech di Indonesia

Dengan potensi pasar dan tren penetrasi internet di Indonesia yang cukup besar, maka perkembangan FinTech (tekfin: teknologi finansial), ikut berkembang. Kecenderungan penggunaan layanan digital yang awalnya dari aktivitas media sosial, akan berkembang dan bergeser ke penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dalam aktivitas keuangan. Dari data yang dilansir Bank Indonesia via Tech in Asia, hingga akhir tahun 2016, telah ada 142 perusahaan yang bergerak dalam usaha tekfin tersebut, dan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan tekfin di Indonesia dapat dilihat dari infografis berikut yang dilansir dari Tirto.id bahwa dar tahun 2015 hingga estimasi di 2017 akan terjadi lonjakan penggunaan tekfin dalam ranah pribadi (non bisnis), misalnya dalam penggunaan pembayaran elektronik (digital money) atau terkait dengan pengelolaan keuangan pribadi.

Kepopuleran FinTech

  • Generasi muda yang lahir dengan Internet dan mulai dewasa menginginkan solusi cepat bagi permasalahan mereka. Proses online biasanya lebih sederhana dan lebih cepat, serta mereka pun lebih aktif menyelesaikan masalah mereka sendiri. Bila tidak ada solusi, mereka akan tidak segan untuk meminta bantuan pihak lain melalui internet.
  • Meluasnya penggunaan Internet dan smartphoneditengah kesibukan yang semakin tinggi, sehingga ada kebutuhan untuk melakukan transaksi keuangan secara online.
  • Pelaku FintechIndonesia melihat cerita sukses bisnis berbasis teknologi digital seperti Gojek dan Uber.
  • Usaha Fintechdianggap lebih fleksibel dibandingkan bisnis konvensional yang memiliki wajah lebih kaku.
  • Penggunaan teknologi, software, dan olah data Fintech. Usaha Fintechjuga menggunakan data secara lebih akurat dan tepat guna, misalnya data dari social media, atau proses seleksi kredit yang bisa dilakukan secara remote mobiledan dilakukan hampir real time sehingga prosesnya menjadi lebih cepat dan lebih akurat, maka misalnya dalam pengajuan profil risiko kredit dalam proses konvensional menjadi perlahan usang.

8. Relasi Regulator dan Pelaku Industri FinTech

Pada akhir tahun 2016 yang lalu, dengan diresmikannya Bank Indonesia Fintech Office merupakan salah satu tonggak di industri finansial sudah mulai fokus atas berkembangnya di ranah digital. Dengan hadirnya Bank Indonesia Fintech Office akan menjadi wadah evaluasi, penelusuran, dan mitigasi risiko dalam pengembangan perusahaan-perusahaan di bidang teknologi keuangan, khususnya terkait sistem pembayaran. Hal ini pun juga sudah diinisiasi oleh OJK melalui rangkaian acara seperti Indonesia Fintech Festival & Conference 2016 yang menjadi showcase dan wadah diskusi resmi bagi pelaku industri tekfin tersebut. Dengan hadirnya beberapa inisiatif tersebut, maka progres perkembangan industri tekfin Indonesia sudah di jalur yang tepat, sehingga momentum yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk perkembangan ekonmi Indonesia sekaligus meningkatkan daya saing di kancah Internasional secara keseluruhan.

Kesimpulannya, trend penggunaan digital money dalam bisnis dan investasi di Indonesia pada masa datang akan terus berkembang, hal ini didasarkan dari berbagai data dan statistik yang menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun, ditambah dengan berkembang pesatnya startup E-Commerce dan startup sistem pembayaran di Indonesia dan juga masyarakat Indonesia terutama generasi muda sudah mulai sangat populer dengan yang namanya Fintech. 

Masyarakat Indonesia pada saat ini semakin banyak yang menggunakan media E-Commerce untuk berbelanja kebutuhan mereka dan menggunakan sistem pembayaran digital money. Maka dengan demikian, penggunaan digital money dalam bisnis dan investasi di Indonesia mempunyai masa depan yang cerah dengan regulasi yang telah dibuat dan ditambah dengan program pemerintah pada saat ini yang sedang menggerakan dan menggencarkan aksi pembayaran non-tunai (cashless payment) dalam berbagai bidang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun