Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Saputra
Muhammad Ilham Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Sepak Bola

- M E N U L I S -

Selanjutnya

Tutup

Bola

Old Trafford: Ketika "Mimpi" Berubah Menjadi "Teriak"

29 Januari 2020   16:04 Diperbarui: 29 Januari 2020   16:12 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Julukan 'Theater of Dream' terasa kosong ketika sang maestro, sang pionir, sang jenius, Sir Alex Chapman Ferguson CBE, memutuskan untung pensiun dalam dunia sepakbola. Pendukung Manchester United di seluruh penjuru dunia memiliki rasa yang sama, yakni sedih.

Memori para fans MU mungkin masih tersimpan rapih di dalam sel otak mereka. Partai terakhir Sir Alex Ferguson bersama Setan Merah, julukan MU, harus ternodai dengan hasil seri. Manchester United berlaga di markas The Hawthorns, West Bromwich Albion. Kala itu, West Bromwich Albion (WBA) dikomandoi oleh Slaven Bilic. Anak asuhan Sir Alex Ferguson harus mengakui hasil seri pada partai tersebut setelah bintang masa depan MU, Romelu Lukaku, mampu mencetak hattrick pada pertandingan tersebut. Pertandingan ke-1500 Sir Alex Ferguson bersama setan merah sekaligus pertandingan terakhir bagi beliau diwarnai dengan hasil seri.

Mungkin kita semua tahu, banyak fans MU yang bermunculan ketika zaman 'Class of 92'. Kala itu, bintang-bintang muda MU mulai bermunculan seperti David Beckham, Nicky Butt, Ryan Giggs, Neville Brothers (Gary dan Phil), serta Paul Scholes. MU mampu meraih treble winner pada musim 1998-99. Pada saat tersebut, performa dan pamor MU mulai naik pada ranah sepakbola di seluruh dunia hingga saat ini.

Banyak orang yang melihat Sir Alex Ferguson hanya sebagai pelatih di MU saja. Akan tetapi, pelatih yang memiliki panggilan akrab Fergie tersebut, merubah seluruh hal dan memiliki dampak yang sangat besar bagi prestasi dan perkembangan para pemain-pemain muda di MU. Ia menerapkan konsep yang sama ketika ia melatih tim liga Skotlandia, Aberdeen F.C. Fergie melakukan rombakan total terutama dalam pendidikan pemain muda. Ia juga mampu melihat kemampuan para pemain yang menurut kita biasa-biasa saja atau bahkan belum terlihat oleh kita. Kala itu, Sir Alex Ferguson adalah Manchester United dan Fergie membuat Theater of Dream, julukan kandang MU, Old Trafford, menjadi kandang setan yang ditakuti oleh lawan-lawannya.

Namun, saat ini, Old Trafford hanyalah sebuah kandang dari tim dari kota Manchester tersebut. Tidak lain dan tidak lebih. Sejak kehilangan Fergie, Old Trafford kehilangan magisnya. Pelatih silih berganti seperti David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, dan terakhir adalah 'The Babyface Assasin' Ole Gunnar Solksjaer. Namun, tidak ada yang bisa mengembalikan kengerian Old Trafford. Pemain mahal pun datang dan pergi.

Magis Old Trafford saat ini terkesan omong kosong. 'Setan' tidak lagi menghuni disana. Tim-tim yang datang tidaklah merasakan tekanan ketika bermain di Old Trafford. Pendukung MU pun yang dahulu sangat antusias untuk menang, sekarang hanya bisa pasrah dengan hasil yang tim mereka peroleh.

Kehilangan Sir Alex Ferguson mempunyai dampak yang sangat besar bagi perkembangan MU. Mungkin, 'Theater of Dreams' sudah berganti menjadi 'Theater of Screams'.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun