Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Kenyataan Pembangunan dan Kerusakan Ekosistem Pesisir di Kota Sorong

22 April 2025   15:54 Diperbarui: 28 April 2025   04:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rehabilitasi ekosistem mangrove di pesisir Kota Sorong (Sumber: Koleksi foto pribadi, 2020))

Ekosistem pesisir dan laut memegang peran penting karena memiliki letak yang startegis, urgen, produktif sekaligus rentan secara ekologis maupun sosial bagi lingkungan dan masyarakat pesisir. 

Hal tersebut tidak mengherankan karena kawasan ini menerima limpasan berbagai aktivitas yang ditimbulkan dari interaksi dengan ruang darat, laut dan atmosfer (udara), sehingga ekosistem di kawasan ini dianggap paling dinamis dan khas. 

Banyak potensi sumber daya alam di lingkungan pesisir yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, disaat yang sama kawasan pesisir dan laut juga menjadi tempat yang paling berpotensi mengalami kerusakan kerena mudah terpengaruh dari buangan limbah di daratan. 

Limpasan bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, wisata dan rumah tangga di lahan atas pesisir akhirnya menimbulkan dampak negatif bukan saja pada sungai, tetapi juga sampai ke pesisir dan lautan.

Kota Sorong merupakan salah satu kota besar di Papua yang berada tepat pada kawasan pesisir pantai, dengan panjang garis pantai 19,49 km atau 12,11 mil. Merupakan ibu kota Provinsi Papua Barat Daya yang ditetapkan sejak tahun 2022, bersamaan dengan pemerkaran wilayah ini. 

Sebelum bertransformasi menjadi ibu kota provinsi, Kota Sorong telah menjalankan fungsinya sebagai Kota Transit dan Kota Perdagangan. Uniknya Kota Sorong digadang-gadang akan di kembangkan mengikuti model kota yang berada ditepi perairan (water front city). 

Menariknya geografis Kota Sorong diasumsi dapat memenuhi syarat fisik model kota ini, seperti; lokasi di tepi laut, memiliki fungsi sebagai pelabuhan, perdagangan, tempat tinggal dan pariwisata. 

Syarat lain ialah orientasi kawasan umumnya menghadap ke laut, memanfaatkan sarana tarnsportasi laut, rekreasi dan sumberdaya perikanan juga kelautan. Namun perlu dipahami bahwa model water front city harus dapat terkonfirmasi secara utuh dengan persayaratan ekologis, sosial dan budaya lokal. Sehingga perlu dipertimbangan menjadi rujukan lain di masa mendatang dalam prespektif pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kota Sorong jika benar akan dikembangkan dengan model water front city .

Ironisnya ekosistem mangrove (hutan bakau atau mange-mange) di Kota Sorong dari waktu ke waktu semakin tertekan akibat berbagai aktifitas masyarakat di lahan atas maupun yang memanfaatkan kawasan pesisir. 

Aktivitas masyarakat perkotaan yang tinggi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat menyebabkan naiknya kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi barang primer sampai tersier. Hal lain ialah, gaya hidup masyarakat yang mengalami perubahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika dibandingkan dengan 2-3 dekade sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun