Mohon tunggu...
Ilham Nasrullah
Ilham Nasrullah Mohon Tunggu... Penulis - Muhammad Ilham Nasrullah

vousmevoyez

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

People "Hard-Working" B4 Millenial Era

22 November 2018   18:33 Diperbarui: 22 November 2018   18:47 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamu'alaikum warahmah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang  sangat cepat dewasa ini menjadikan orang berpikir "as fast as possible" untuk dapat mencukupi kebutuhan ekonomi dengan cara paling sederhana dan hasil yang sangat maksimal. Tetapi bagaimana "naluri" tiap individu bila dilihat dari prespektif agama, adat, serta kondisi psikolog tiap individu?

Seseorang, dengan bertambah dewasa ia, secara sadar akan peduli terhadap target-target pencapaian (dimasa yang akan datang) yang akan ia lakukan secara betul-betul (bersungguh) sehingga menghasilkan hasil yang baik-baik sama sekali. Agama islam pun mengajarkan, perihal berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan yang tercantum dalam al-Qur'an (Surah al-Baqoroh ayat 148). 

Juga pada sabda Rasulullah Muhammad ibn Abdullah yang berkaitan tentang hal tersebut dalam hadist dikatakan bahwa, "Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, 'seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu'. Tetapi katakanlah, 'ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki'. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan." (HR. Muslim). Pedoman tersebut membawa pencerahan bahwa tiap-tiap pribadi muslim diharuskan untuk berbuat (amal) baik secara terus-menerus dan sungguh-sungguh guna mendapat Ridho dari Allah Azza Wajalla.

Secara sadar, seseorang mampu berlaku bahagia ketika ia mampu berlaku lestari sesuai adat dan norma dimana mereka berada atau di daerah mana mereka tumbuh. 

Megingat pepatah Orang Madura dengan menyelami masalalu saya---kondisi individu dinyatakan bahagia ketika ia mampu menyelami kebahagiaan dimasalalu dan lebih dalam menyelami dirinya sendiri---saya teringat dengan perkataan datuk dan orangtua saya, "kennenggi kennenganna, lakoni lalakonna" yang berarti, tempatilah tempatnya (sendiri), dan kerjakanlah pekerjaannya (sendiri)".

Dalam hal ini manusia dituntut untuk tidak berlaku dzolim dalam menangani setiap permasalahan, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dalam setiap pengerjaan sesuatu. Karena semua pekerjaan sudah berada pada ahlinya masing-masing.

Pendekatan psikologi yang saya sajikan dalam artikel ini adalah kecendrungan tiap individu dalam menekuni pekerjaannya. Perlakuan individu saat ini adalah dampak dari perlakuan dirinya dimasa lampau. 

Dalam keadaan memilih pekerjaan pun, ada kecendrungan dalam diri mereka untuk memperbaiki keadaan yang belum baik dimasa lampau. Dilihat dari kedua sisi manusia, yakni ada sisi baik dan buruknya, maka dalam keadaan sekarang ini saya akan membicarakan sisi baiknya akibat adanya perlakuan sisi buruknya dimasa lampau, atau bahkan menjadi penguatan terhadap sisi baik sekarang ini. 

Keadaan keluarga guru misalnya, dari kakek sampai cucu menjadi guru, saya rasa hal tersebut didasarkan pada keadaan moyang nya pada masalampau tidak mendapat pendidikan layak sehingga naluri untuk menjadi guru mengalir sejak saat itu, mencerdaskan penerus bangsa. Kemudian keluarga hukum misalnya, dari kakek sampai cucu menjadi orang-orang pengadilan. Tidak jauh dari hal tersebut, para pendahulunya adalah orang-orang yang sangat ingin menegakkan hukum dengan cara terjun langsung kedalam ranah tersebut.

Ketiga prespektif diatas dapat mewakilkan perasaan saya bahwa begitu tulus dan murni ajaran agama, adat istiadat, termasuk psikologi dalam menjadikan pribadi unggul disetiap pekerjaan-pekerjaan yang ditekuni. Cinta bekerja secara nurani memang tumbuh dengan sendirinya dan merupakan anugerah yang telah Allah SWT berikan pada setiap manusia, dengan tidak menjadikan hasil jerih payah dari pekerjaan tersebut dipergunakan secara sia-sia atau berlebihan, hedonisme. Bahwa sesuatu yang berlebihan tidaklah dianjurkan dalam agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun