Mohon tunggu...
Ilham Mardiantoro
Ilham Mardiantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - IG : ilham_mardiantoro

Mahasiswa Administrasi Publik, Fisip, Universitas Sriwijaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mural Pesan Moral

26 Agustus 2021   20:34 Diperbarui: 26 Agustus 2021   20:55 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Ilham Mardiantoro

Sekretaris Umum GMRP

Dewasa ini gerakan rakyat dengan memanfaatkan seni sebagai alat bersuara terus menjamur pada masing-masing daerah di indonesia. Kondisi pandemi yang serba dibatasi dan dilarang berkerumun membuat para masyarakat khususnya pegiat seni melakukan alternatif lain sebagai cara untuk menyampaikan keresahannya di depan publik supaya di dengar oleh pemangku kebijakan yaitu pemerintah.

Bidang seni yang dipakai untuk menyampaikan keresahan rakyat yaitu mural. Mural adalah menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau media luas lainnya yang bersifat permanen. Mural merupakan seni murni yang biasanya mengandung pesan dari masyarakat urban melalui gaya bahasa visual yang mereka sajikan.

Bila ditilik pada asal-usul sejarah, sebenarnya mural sudah ada semenjak 31.500 tahun lalu pada masa pra sejarah. Pada masa itu terdapat sebuah lukisan yang menggambarkan sebuah gua di lascaux tepatnya di daerah selatan perancis dan mural pada saat itu menggunakan bahan dari sari buah sebagai cat air.

Sedangkan, sejarah mural di indonesia sendiri dapat diketahui ketika sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia pada periode revolusi 1945-1949. mural pada periode revolusi tersebut ditemui di gerbong kereta yang terdapat coretan bertuliskan "Merdeka Ataoe Mati" hal itu terjadi ketika akan ada kedatangan kembali tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang mengancam kemerdekaan indonesia.

Saat ini mural sendiri marak ditemui pada tembok-tembok pinggir jalan digunakan  sebagai alternatif menyuarakan keresahan pada kondisi pandemi. Beragam mural yang dibuat sebagai simbol dari keresahan, seperti yang terjadi di tangerang terdapat mural Jokowi "404 Not Found", "Tuhan, Aku Lapar", "Dipenjara Karna lapar", di pasuruan juga terdapat mural "Dipaksa Sehat di Negara Yang Sakit", "Indonesia Terserah", "Wabah Kelaparan".

Mural
Mural "Tuhan Aku Lapar" di Tangerang. Sumber : Kumparan.

Mural diatas secara tidak langsung merupakan pesan moral kepada pemerintah yang berbentuk suara-suara lukisan rakyat yang butuh perhatian dan bantuan dari pemerintah, suara-suara lukisan rakyat yang memberi pesan kepada pemerintah dalam menjalankan tugas agar sesuai dengan landasan nilai yang baik dan penuh tanggung jawab terhadap jabatan yang diemban. Suara-suara lukisan jeritan rakyat atas tidak bermoralnya pemerintah dalam bertanggungjawab atas hak kebutuhan hidup dasar rakyat yang terdampak dari kebijakan-kebijakan PPKM.

Namun, mural-mural diatas di hapus bahkan pelaku pembuat mural dikejar oleh aparat penegak hukum karena alasan perbuatan aksi vandalisme. Vandalisme merupakan perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya. Sedangkan, bila diamati dalam kurun waktu penindakan, pemerintah tidak gencar dalam menindak mural sebelum adanya mural-mural yang menyinggung pemerintah dan menjadi sorotan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun