Mohon tunggu...
Ilham Fadillah
Ilham Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Goliath Vs David: Bagaimana Melawan Kedigdayaan Media?

24 Januari 2023   15:30 Diperbarui: 24 Januari 2023   15:33 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa ini, media berperan bagai dewa. Informasi yang begitu cepat mengalir membuat manusia sudah tidak lagi membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya. Dahulu, ketika kita ketinggalan sebuah pertandingan sepak bola, kita harus menunggu pagi untuk melihat hasilnya dari koran. Masa semakin maju, koranpun sudah mulai dilupakan. Orang-orang pun mendapatkan berita mengenai pertandingan yang terlewatkan pada acara olahraga pagi. Namun kini, jika pertandingan tersebut terlewat kita bisa mengakses hasil akhir pertandingan lewat ponsel pintar kita.

Dewa tentu disembah layaknya tuhan, hal ini terbukti pada tahun 2009 terdapat sebuah organisasi keagamaan bernama Googlisme. Organisasi ini bahkan memiliki Gereja bernama Church of Google. Memang "kemahatahuan" Google telah membentuk budaya baru, mungkin tidak jarang kita mendengar saat seseorang ditanya dan tidak tahu jawabannya, mereka akan mengatakan "coba cari di Google." Hal-hal ini yang sudah membentuk kebiasaan baru bagi umat manusia. Kemudahan-kemudahan akses informasi yang kita dapatkan melalui media memang bisa dikatakan sangat wah. Mayoritas manusia 30 tahun yang lalu, mungkin tidak akan menyangka bahwa kecepatan perkembangan teknologi informasi bisa sampai pada titik ini.

Perkembangan dan perubahan yang benar-benar cepat ini, dapat menuntun manusia mengejar perkembangan peradaban yang mundur setelah kejadian di perpustakaan Daulah Abbasiyah. Namun disisi lain, perkembangan yang cepat ini juga menghasilkan banyak bibit-bibit keburukan. Bibit-bibit yang jika dibiarkan, maka akan tumbuh menjadi penyakit yang berbahaya. Disadari atau tidak, bagi sebagian orang bibit ini muncul dan mulai mengancam.

Mari kita lihat dari perspektif bertajuk ease of access yang ditawarkan oleh teknologi pada masa sekarang. Penulis melihat bahwa berbagai macam teknologi bukan hanya menawarkan kemudahan, namun juga mencoba mengganti dunia nyata dengan dunia virtual. Masa kini, nyaris semua hal kita bisa dapatkan melalui aplikasi. Seakan-akan seseorang bisa saja tetap hidup dan menjalani keseharian tanpa meninggalkan tempat tidurnya. Gambaran ini kurang lebihnya bisa dilihat dari sebuah video satir yang dibuat oleh Youtuber bernama Anwar Jibawi dengan judul "When Apps Take Over".

Dari sini bisa disadari bahwa, developer aplikasi seluruh dunia sekarang ini tengah "terobsesi" dengan hal tersebut. Contoh kecil saja, bahkan mainan yang belakangan ini tengah ramai seperti lato-lato sudah ada di Play Store dan App Store dalam bentuk digital. Contoh lainnya lagi jika kita ingin mencuci sepatu, tidak perlu repot karena tersedia aplikasi tersebut. Atau yang lebih parahnya lagi, jika kita merasa terlalu jauh untuk menggapai remote TV yang kita taruh, kita bisa menginstal aplikasi pengganti remote TV di smartphone.

Terobsesinya developer aplikasi ini, tentu akan menuntun manusia pada salah satu hal yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Hal yang jarang disadari seiring dengan penggunaan media seperti smartphone yang berlebihan adalah penyakit. Bukan hanya penyakit mata yang disebabkan karena melihat smartphone dalam waktu lama, namun penyakit yang lebih berbahaya dari itu. Media dan teknologi pada masa sekarang, menawarkan berbagai macam kemudahan bagi manusia, dan yang paling terlihat adalah kemudahan akses. Pengalaman dan kegiatan manusia, hampir seluruhnya dapat diakses melalui hal-hal yang bersifat virtual, dan ini merupakan masalah khususnya bagi kesehatan umat manusia.

Kegiatan fisik manusia yang sebelumnya dapat dilakukan, sekarang bisa dibatasi oleh cara kerja smartphone. Misalnya, seseorang yang biasanya pergi kemall dan berkeliling mencari hal yang ia inginkan dan menggerakan tubuhnya. Sekarang semuanya bisa dilakukan melalui smartphone, bahkan barang yang diinginkan bisa sampai tepat didepan pintu rumah. Kegiatan fisik manusia yang minim dan dapat digantikan oleh smartphone ini tanpa disadari dapat memicu berbagai macam penyakit berbahaya. Mengutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention, kekurangan aktivitas fisik dapat memicu beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, diabetes tipe 2 bahkan hingga kanker. (Welianto, 2020)

Hal-hal diatas membuat penulis menyadari satu hal, bahwa teknologi pada masa ini khususnya media informasi. Telah berubah menjadi monster yang mengerikan, bahkan jika dikisahkan manusia melawan teknologi dapat digambarkan seperti David vs Goliath. Developer aplikasi ingin mengisi dan menggantikan seluruh sisi hidup manusia dengan aplikasi. Tentunya hal ini akan menyebabkan seseorang kekurangan aktivitas fisik yang akan menyebabkan penyakit, atau bahkan untuk anak-anak kekurangan aktivitas fisik bisa merusak motorik fisik mereka dan berujung pada perkembangan yang lambat. Tanpa disadari, jika pertumbuhan yang lambat menjangkit mayoritas anak pada masa kini tentu akan menyebabkan masalah besar bagi peradaban manusia kedepannya.

Akhir kata, selayaknya sebuah paradigma kritis tentu akan selalu ada alternatif untuk melawan dan mencegah hal ini. Neil Postman pernah mengkritisi dampak negative dari perkembangan teknologi media, dan salah satunya adalah perubahannya yang ekologis bukan aditif. Postman melihat bahwa manusia sudah memasukan teknologi kedalam budaya hidup mereka dan bersifat ekologis. Hal ini yang perlu dibalikkan oleh umat manusia agar dapat mengalahkan "goliath", teknologi harus tetap bersifat aditif dan bukan ekologis.

Daftar Pustaka

Welianto, A. 2022. Penyakit Kronis Akibat Kurang Aktivitas Fisik. Diakses pada 20 Januari 2023 dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/30/110000769/penyakit-kronis-akibat-kurang-aktivitas-fisik?page=all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun