Mohon tunggu...
Ilga Della
Ilga Della Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pariwisata UGM

Between knowledge and awareness.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keuletan di Balik Bakso Tusuk

5 Juni 2021   11:33 Diperbarui: 5 Juni 2021   12:12 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses packing ke gerobak penjualan (Ilga, 2021)

Siapa tidak kenal bakso tusuk? Jajanan yang dipastikan hadir pada tiap sudut tempat yang ramai khalayak. Sebagai salah satu jajanan favorit, ada rasa keingintahuan yang besar pada proses pembuatannya. Lama tidak sih prosesnya? Apa saja bahan-bahannya? Kenapa tiap pedagang rasanya bisa beda-beda?

Pada salah satu sudut pagar Candi Borobudur, tepatnya di dekat Indomaret Jalan Badrawati, terdapat penjual bakso tusuk langganan saya. Lokasi ini termasuk sangat strategis karena berdekatan dengan jalan utama. Banyak penduduk lokal maupun wisatawan yang kerap melewati jalanan ini. Perbaikan trotoar dan lampu jalan turut memperindah suasana lokasi gerobak bakso tusuk yang bisa sekali-kali menghabiskan jualannya hingga larut malam. 

Bakso berkuah siap memberikan kehangatan di tengah dinginnya musim hujan. Musim kemarau juga tidak kalah seru karena keinginan membeli jajanan semakin menggebu. Termasuk di bulan puasa, serentaknya waktu makan membuat gerobak ini acap kali tertutup kerumunan pembeli setiap sore menuju jam buka puasa.

Gerobak sederhana berwarna abu-abu seng dengan satu kotak etalase kaca ini menawarkan lima ragam bakso tusuk seperti bakso original, bakso aci, tahu bakso, bakso jamur, dan bakso telur puyuh. 

Cukup mengeluarkan Rp500,- untuk per butir bakso original, bakso aci, dan tahu bakso, serta bakso jamur dan bakso telur puyuh seharga Rp1.000,- setiap butirnya. Bebas menambahkan kuah panas dengan after taste menyegarkan, sambal hijau yang pedasnya menggoyangkan lidah, saos merah rasa pedas sedikit asam, kecap hitam untuk menguatkan citarasa manis, serta renyahnya taburan bawang goreng dan gurihnya seledri. Sudah terbayang betapa nikmat rasanya?

Sebelum menceritakan cita rasa bakso tusuk yang memiliki perpaduan rasa gurih, manis, asinnya seimbang dan memborbardir lidah siapapun yang menggigitnya, keuletan di balik tiap butir bakso tusuk ini tidak kalah menarik untuk dibahas.

Lorong dapur sisi kiri (Ilga, 2021)
Lorong dapur sisi kiri (Ilga, 2021)
Mas Muh –lahir dan besar di Dusun Ngaran– memberi saya kesempatan untuk mengamati langsung proses pembuatan produknya. Tempat pembuatannya tidak jauh dari pangkalan penjualan, berjarak kurang dari 500 meter. 

“Wah tapi jangan bingung ya Mbak kalau dapurnya agak kotor,” kata pembuka yang dilontarkan Mas Muh sebelum saya masuk ke dapurnya. 

Pada sisi kanan dapur, terdapat rak peralatan makanan seperti piring, panci, alat makan, mesin cuci yang menjadi senderan sepanjang mengamati proses pembuatan, serta semacam area khusus untuk mencuci perkakas dapur yang berukuran besar. 

Sebaliknya, terdapat meja yang menempel di dinding sepanjang lorong kiri dapur yang berujung pada area berisi 3 lubang tungku kayu yang menjadi kunci pembuatan bakso tusuk agar tanek (matang sempurna bumbu merasuk).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun