(Tafsir Puisi "Nisan" karya Chairil Anwar)
Puisi ini secara gamblang ditunjukkan Chairil kepada neneknya yang kemungkinan baru saja meninggal ketika puisi ini ditulis. Akan tetapi, berkaitan tafsir yang saya tulis ini, kematian nenek Chairil hanyalah momen untuk Chairil menyampaikan makna yang terkandung dalam puisi ini kepada khalayak. Jadi, kematian nenek Chairil hanyalah momentum dan puisi ini tidak ditunjukkan khusus secara makna kepada neneknya itu. (Sekali lagi, ini hanyalah tafsir saya)
Baiklah, saya akan mulai tafsir dari baris pertama puisi ini.
//Bukan kematian benar menusuk kalbu//
Kematian sejatinya bukanlah yang membuat rasa sakit hati terhadap seseorang yang memperoleh kematian itu. Â
//Keridlaanmu menerima segala tiba//
Akan tetapi, rasa sakit diperoleh karena yang mati tidak ridho atas kematiannya, oleh sebab hatinya masih terpaut pada dunia. Orang yang hatinya cinta pada dunia itu, akan memperoleh kesulitan saat sakaratul maut. Ia tidak terbiasa untuk melepaskan dunia yang sudah begitu ia cintai, sehingga momen kematian begitu menyiksanya.
//Tak kutahu setinggi itu atas debu//
Ini merupakan baris keluhan Chairil terhadap manusia yang begitu mendewakan atau meninggikan dunia fana yang sejatinya hanyalah "debu", tak berarti dan tak ada nilainya di hadapan hakikat kehidupan.
//dan duka maha tuan bertakhta//
Oleh karena sifat manusia yang begitu gila terhadap dunia yang tidak kekal ini, manusia memperoleh kedukaan yang begitu mendalam.
Â