Mohon tunggu...
Ilam Maolani
Ilam Maolani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Alung Rawawis (Anak Galunggung dari Rawa Sindangraja), If wealth is lost, nothing is lost; If health is lost, something is lost; If CHARACTER IS LOST, EVERYTHING IS LOST

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Renungan Jumat Ini: Mensyukuri Nikmat

3 Mei 2013   07:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Allah swt telah menganugerahkan nikmat kepada manusia dengan begitu banyaknya. Beberapa contoh diantaranya difirmankan-Nya: “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir.” (Al-Balad: 8-9). “Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (Al-Mulk: 23). ““Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl: 78).

Diceritakan bahwa pada suatu malam seorang ulama bernama al-Fudhail bin 'Iyadh membaca Al-Qur'an surat Al-Balad ayat 8-9, lalu ia menangis. Maka orang-orang yang melihatnya menanyakan apa yang membuatnya menangis? Ia menjelaskan, "Tidakkah engkau memasuki malam harimu dalam keadaan bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan dua mata kepadamu dan dengan dua mata ini engkau dapat melihat? Tidakkah engkau memasuki malam harimu dalam keadaan bersyukur kepada Allah swt yang telah menjadikan untukmu satu lidah yang dengannya engkau dapat berbicara?" Fudhail terus menerus menyebutkan organ-organ seperti ini dengan mengajukan pertanyaan retoris yang sama.

Saking banyaknya nikmat dari Allah swt, manusia dipastikan tidak dapat menghitungnya. Firman-Nya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nahl: 18). “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34).

Salah satu kewajiban manusia terhadap nikmat tersebut adalah bersyukur, sebagaimana firman Allah swt: “…dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152). Bersyukur artinya Al-‘Iddi’aanu ‘Alaa Ni’matillaahi (mengakui atas nikmat yang diberikan Allah). Secara garis besar, bersyukur dapat dilakukan dengan tiga cara: Pertama, dengan hati, yaitu dengan mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah swt semata. Kedua, dengan lisan, yakni dengan memperbanyak ucapan alhamdulillah wasysyukru lillah. Ketiga, dengan perbuatan, yaitu mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah swt untuk menunaikan perintah-perintah-Nya, baik perintah wajib, sunat maupun mubah. Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah swt dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya, baik larangan yang haram maupun yang makruh.

Akan tetapi sayang banyak manusia yang tidak bersyukur pada-Nya, malahan mereka justru mengkufuri nikmat-Nya. Firman-Nya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 7). Tidak sedikit manusia yang tertipu dalam menggunakan nikmat itu, seperti sabda Rasul SAW:Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu oleh dua kenikmatan ini, yaitu: sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Di kala sehat manusia mempergunakannya untuk berbuat maksiat, di saat waktu luang ada, manusia memanfaatkannya dengan cara-cara yang munkar dan tidak maslahat.

Kita semestinya menyadari bahwa semua kenikmatan akan dimintai pertanggungjawabannya. Firman-Nya: “…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabannya.” (Al-Isra: 36). “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At-Takatsur: 8).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun