Mohon tunggu...
Ilal Muthoharoh
Ilal Muthoharoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ilal Muthoharoh, remaja yang terlahir dengan zodiak leo. Seorang introvert dengan hobi mendengarkan musik, cita-citanya menjadi fangirl yang sukses. Mengenal sastra dan dunia tulis-menulis sejak kecil, penggemar puisi dan karya fiksi lainnya. Tertarik dalam jurnalistik, potret-memotret serta digital sketching. Dapat ditemui di Instagram: @durianp4ncake.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hikmah Berdakwah Mengangkat Derajat Seseorang: Tafsir Ali Imran 138-139

13 Juli 2022   12:05 Diperbarui: 13 Juli 2022   12:06 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berdakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini disepakati oleh mayoritas ulama. Pada Ali Imran ayat 104 dijelaskan perintah dakwah sebagai berikut:

Artinya:

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka orang orang yang beruntung. "

Inti dakwah adalah untuk menghidupkan nilai-nilai moral agama Islam. Siapapun yang berdakwah maka akan mendapatkan hikmah, salah satunya yakni diangkat derajatnya oleh Allah swt seperti yang ada pada surah Ali Imran ayat 138-139:

() ()

Artinya: 

"(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (138) "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (139)

Al-Maraghi dalam tafsirnya, menafsirkan posisi "bayan" yang dipahami sebagai Al-Qur'an adalah sebagai penjelasan bagi seluruh umat manusia dalam memahami sebuah hujjah.

Mengenai hal ini diambil dari peristiwa yang terdapat dalam Perang Uhud, bahwa pada saat itu pasukan tidak menaati perintah panglimanya dan membuat pihak musuh melihat celah untuk menyerang dan mengacak-acak pasukan (Al-Maraghi, 1986: 131). Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar juga menuturkan hal yang serupa. 

Selain ditujukan kepada seluruh manusia dalam memahami hujjah, kata "bayan" atau penjelasan" tersebut dalam Tafsir Al-Maraghi juga sebagai "al-huda" (petunjuk) dan "mauidzah al-hasanah" (nasihat) yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa sebab merekalah yang mau mengambil kejadian-kejadian tersebut sebagai sebuah pelajaran bagi kedepannya. 

Sedangkan pada Tafsir Ibnu Katsir, selain Al-Qur'an sebagai penjelasan yang sejelas-jelasnya, ia juga berisi kisah-kisah umat terdahulu. Al-Qur'an juga dipahami sebagai petunjuk dan pencegah dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan maksiat (Salim, 2003: 212). Pada Tafsir Al-Azhar pun dijelaskan mengenai makna taqwa. 

Pokok artinya adalah memelihara (wiqayah). Maksudnya adalah takwa kepada Allah, menjaga hubungan dan takut kepada-Nya. Namun pada ayat 138 ini, selain yang telah disebutkan tadi, taqwa juga berarti memelihara, menjaga, awas dan waspada. Dengan demikian makna taqwa tidak hanya sebatas dengan melaksanakan ibadah shalat, zakat dan puasa saja, tapi juga bertakwa dalam kewaspadaan menjaga agama dari ancaman musuh (Hamka, 2011: 122).

Secara singkat, ayat 138 ini menjelaskan semua perkara secara gamblang perihal yang dialami oleh umat-umat terdahulu bersama musuh-musuh mereka. 

Setelah mengalami kekalahan dalam perang uhud Allah menegaskan kepada kaum muslimin bahwasanya didalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat sebelum kalian, petunjuk bagi hati kalian serta peringatan bagi kalian agar kalian terhindar dari hal-hal yang diharamkan dan semua perbuatan dosa.  

Sedangkan di ayat 139, dalam Allah menghibur kaum muslimin yang kalah dalam perang Uhud. Janganlah mereka merasa lemah dalam menjalani peperangan dan janganlah bersedih. Bahwa sebenarnya bahkan sebelum perang itu terjadi mereka adalah pemenang yang sebenarnya. Keterangan ini terdapat di Tafsir Al-Maraghi dan Ibnu Katsir. 

Sedang pada penafsiran Buya Hamka, ada tambahan yaitu janganlah bersedih, sesungguhnya mereka (kafir Quraisy) tidak mengambil sesuatu yang paling berharga, yaitu iman. Pada Tafsir Al-Maraghi pula dijelaskan bahwa Allah melarang hamba-Nya untuk merasa sedih dengan kejadian yang sudah lewat, sebab hal itu menyebabkan seseorang kehilangan semangatnya. 

Dari penjelasan diatas, telah jelas bahwa siapapun yang berdakwah, baik itu efeknya secara fisik terlihat ataupun tidak terlihat, kedudukannya tetap tinggi di mata Allah sebab Ia mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang membela serta menyebarkan agama Islam. Dakwah memiliki banyak metode dan materi yang perlu disampaikan. Sebagai seorang muslim, kita dapat melakukan dakwah dengan metode dan pesan yang sesuai dengan kemampuan diri masing-masing. 

Oleh karena itu, marilah kita semua berlomba-lomba menebar kebaikan dan mengajak ke jalan yang lurus sesuai dengan kapasitas yang kita miliki masing-masing agar derajatnya diangkat oleh Allah swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun