Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Rela Menempuh Jarak 25 Km dan Menembus Sekat PPKM Demi Bisa Ikut Vaksin

14 Juli 2021   08:30 Diperbarui: 14 Juli 2021   15:31 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu, ini mengindikasikan bahwa kegiatan vaksinasi yang pendaftarannya berbasis google form lebih banyak didapat mereka yang berusia muda. Mereka yang kerap mengakses media sosial, atau bahkan 24/7 sehingga info seperti ini bisa mereka dapatkan lebih cepat. Sementara, mereka yang jarang menggunakan gawai akan sangat kesulitan mendapatkan vaksin gratis karena sering ketinggalan informasi.

Diantara sekian banyak anak muda itu, tampak beberapa diantara mereka yang mengajak ayah atau ibu mereka untuk divaksin. Mereka juga ada yang tidak mendapat jatah vaksin tetapi bisa gercep mendaftarkan orang tuanya yang sudah lansia untuk divaksin. Jujur, saya salut dengan mereka terlebih setia untuk mendampingi orang tua mereka yang akan divaksin.

Mereka begitu telaten mengisi identitas dan riwayat penyakit serta obat yang dikonsumsi oleh orang tua mereka. Mereka juga memberi alasan bahwa ketika faskes di dekat rumah mereka sedang membuka vaksinasi lansia, orang tua mereka sedang sakit. Ketika sudah sembuh, kuota vaksin tersebut masih kosong sehingga mereka mencari kuota vaksin yang masih kosong.

Walau bagi saya datang sudah cukup pagi, ternyata saya mendapat nomor antrean 217 dari 450 kuota peserta. Kami baru dipersilahkan untuk masuk ke area tunggu tepat pukul 8 pagi. 

Kami harus menunggu dulu di tempat yang disediakan sambil mengisi identitas. Ketika giliran nomor dipanggil, maka kami bisa masuk untuk mendapatkan screening dari petugas.

Peserta vaksin kebanyakan usia muda. Dokumen Pribadi
Peserta vaksin kebanyakan usia muda. Dokumen Pribadi
Screening yang dilakukan hampir sama dengan tempat lain hanya bagi saya RSJ Lawang melakukannya dengan amat baik. Antara satu tempat ke tempat lain masih dalam satu ruangan tetapi banyak sekali petugas yang melayani. Kami tak perlu menunggu lama untuk dicek tensi dan kadar oksigen, diwawancarai seputar alergi, dan beberapa pengecekan lain untuk memastikan bahwa kami sudah siap untuk divaksin.

Menunggu antrean dengan tertib. Dokumen Pribadi
Menunggu antrean dengan tertib. Dokumen Pribadi
Saya sempat bertanya kepada petugas vaksin apakah penderita GERD seperti saya boleh divaksin. Rupanya tak ada masalah jika saya divaksin asal sebisa mungkin saya menghindari dulu makanan yang memicu GERD pascavaksin. 

Petugas juga memastikan identitas saya dengan benar agar ketika saya sudah bisa mencetak kartu vaksin, identitas saya sudah benar. Maklum, kartu vaksin saat ini seperti paspor atau bahkan visa yang jadi syarat perjalanan keluar kota. Maka dari itu, kini orang-orang berbondong-bondong rela antre vaksin karena alasan ini.

Proses screening. Dokumen Pribadi
Proses screening. Dokumen Pribadi
Antrean untuk injeksi vaksin tak perlu lama saya tunggu karena mungkin saya laki-laki jadi lebih cepat. Tidak ada rasa sakit yang berarti selain rasa dingin di kulit akibat alkohol. Beberapa peserta vaksin bahkan melakukan selfie, siaran langsung di Instagram, membuat story atau bahkan reels. 

Nanti saja kalau ada vaksinasi kedua saya akan membuat vlog dengan jelas. Kegiatan ini menandakan bahwa hoaks seputar vaksin sebenarnya masih bisa dibendung dengan edukasi dari orang sekitar yang melakukan vaksinasi secara langsung.

Proses injeksi. Dokumen Pribadi
Proses injeksi. Dokumen Pribadi
Setelah vaksinasi selesai, kami pun harus menunggu verifikasi data. Sambil menunggu, beberapa mahasiswa Poltekkes RSJ Lawang menerangkan bagaimana tata cara mencetak kartu vaksin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun