Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beberapa Protokol Kesehatan yang Bisa Dilakukan Saat Harus Beraktivitas di Luar Rumah

7 Juli 2021   09:00 Diperbarui: 7 Juli 2021   09:05 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pemberlakukan adaptasi kebiasaan baru dan sekarang ada pengetatan PPKM kembali, saya adalah orang yang belum bisa di rumah saja secara penuh.

Ada banyak alasan – terutama pekerjaan – yang mengharuskan saya untuk pergi keluar rumah dengan durasi yang sangat terbatas. Makanya, meski pada mulanya cukup sulit untuk membiasakan diri untuk melakukan protokol kesehatan, tetapi saya sebisa mungkin melakukan berbagai cara agar tak terpapar virus covid-19.

Suka atau tidak, imbauan untuk jaga jarak, memakai masker, dan menggunakan hand sanitizer merupakan imbauan yang sudah capai kita dengar. Bukan saja capai bisa saja kita muak dengan itu semua. Namun, di balik rasa muak itu, mau tak mau kita pun harus melakukannya. Selain itu, saya juga memiliki beberapa protokol kesehatan pribadi yang barangkali belum dilakukan oleh orang lain.

Protokol kesehatan yang saya lakukan bermuara kepada sebisa mungkin mengurangi interaksi dengan banyak orang. Mengurangi untuk berada satu ruangan tertutup dan ber-AC dengan banyak orang yang kerap menjadi sumber penularan covid-19. 

Masalahnya, kembali lagi pekerjaan saya mengharuskan untuk berinteraksi dengan orang banyak dan datang di suatu keramaian. Fotokopi, berbelanja barang yang tidak mungkin saya beli secara daring, dan beberapa pekerjaan lain yang belum bisa saya lakukan secara daring.

Maka, berikut ini beberapa protokol kesehatan ala saya yang bisa dilakukan.

Pertama, mengatur jadwal berbelanja. Saya berbelanja kebutuhan pokok dan kebutuhan untuk kerja paling tidak dua minggu sekali. Jika sedang butuh barang banyak, maka saya berbelanja seminggu sekali.

Agar tidak bertemu dengan banyak orang, biasanya saya datang pada saat jam buka toko atau supermarket. Saat jam buka tersebut, selain belum banyak orang, saya bisa leluasa memilih barang yang akan saya beli dengan cepat. Jadi, saya tak perlu antre menunggu giliran orang lain.

Tidak hanya itu, tempat berbelanja biasanya baru saja dibersihkan oleh sang pemilik usaha. Semisal, diberi disinfektan, disapu, dipel, dan lain sebagainya. Dengan begini, saya bisa lebih merasa tenang karena tempat tersebut telah dibersihkan.

Jika tidak saat jam buka, saya memilih jam sepi, semisal saat siang hari. Saya menghindari berbelanja saat sore atau malam hari karena akan ramai dengan para pekerja yang berbelanja. Saya juga menghindari berbelanja saat akhir pekan. Biasanya, toko atau supermarket akan ramai dengan orang yang cukup berpotensi menularkan covid-19.

Membawa hand sanitizer sendiri juga saya lakukan agar lebih aman dan tidak menggunakan wastafel atau hand sanitizer yang disediakan. Entah saya masih parno atau apa yang jelas membawa hand sanitizer sendiri adalah kunci saat ini. Saya bisa mencuci tangan sesering mungkin sambil menunggu antrean atau hal lain.

Ketika membayar, saya biasanya lebih senang menggunakan pembayaran nontunai. Makanya, ketika mencari tempat makan untuk saya bawa pulang, saya juga memilih tempat makan yang menerima pembayaran nontunai. 

Dalam sebulan, sejak pandemi berlangsung, saya juga memilih memasukkan beberapa uang saya ke dalam dompet digital. Jika tidak bisa membayar secara nontunai, maka mengikhlaskan kembalian dalam bentuk uang receh juga bisa dilakukan.

Ketika pergi keluar, saya mencari rute jalan yang tidak ramai. Entah shortcut atau jalan lain yang jelas tidak sering dilalui kendaraan umum atau pengguna jalan lain. Sejak pemberlakuan PPKM beberapa bulan lalu, ada tanda bendera yang menunjukkan kriteria suatu wilayah berdasarkan kasus covid-19 yang sedang terjadi. 

Ada bendera hijau, kuning, oranye, dan merah. Saya masih bisa melewati tempat tersebut jika bendera yang dipasang adalah hijau atau kuning. Jika kuning, saya akan sedikit mempercepat berjalan di wilayah tersebut atau mencari jalan lain.

Tidak hanya itu, jika saya dulu pergi menemui orang dengan mandi dahulu, maka kini saya balik. Saya akan menyelesaikan segala urusan sebelum matahari terbenam dan menemui orang yang harus saya temui. Barulah, saya akan mandi dan membersihkan tubuh saya. Jadi, jika dulu saya mandi dulu baru keluar, kini saya keluar dulu baru mandi.

Rajin berkumur  juga menjadi salah satu kegiatan yang saya lakukan. Saya tidak menggunakan obat kumur untuk melakukanya tetapi menggunakan air garam saja. Sering kumur memang tidak mencegah covid-19 secara langsung tetapi akan mengurangi berbagai tenggorokan dan hidung tersumbat yang sering saya alami selepas keluar rumah.

Langkah terakhir dalam protokol kesehatan yang saya lakukan adalah mengganti jaket paling tidak 3 hari sekali. Lebih sering mengganti jaket juga merupakan kunci agar tetap terjaga kesehatan kita. Jika belum sempat mengganti jaket, semisal baru hari pertama, maka menyemprot jaket dengan disinfektan dan pewangi kerap saya lakukan.

Itulah beberapa protokol kesehatan ala saya yang harus tetap di luar rumah dengan pergerakan terbatas. Sebisa mungkin untuk saat ini kita tetap di rumah saja untuk pencegahan covid-19. Jika benar-benar harus keluar rumah, maka beberapa protokol di atas bisa dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun