Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

International Pageant Day, Perayaan Kontes Kecantikan sebagai Sebuah Industri Besar

10 April 2021   08:48 Diperbarui: 10 April 2021   08:53 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Indonesia berkibar saat opening number MIss Grand International 2020. - YT MGI

Tanggal 8 April kemarin adalah hari spesial bagi penggemar dan pelaku kontes kecantikan.

Pasalnya, pada hari tersebut diperingati sebagai hari kontes kecantikan internasional atau International Pageant Day. Banyak pelaku dan penggemar pageant pun berlomba-lomba mengunggah foto terkait hari spesial yang tidak diketahui oleh banyak orang tersebut.

Perayaan hari kontes kecantikan internasional pada tahun ini cukup spesial. Pasalnya, dalam masa pandemi covid-19, kontes kecantikan sedang berada dalam kondisi yang kurang baik. Sama halnya dengan perhelatan lain yang seakan sulit untuk bisa bertahan, banyak pihak yang bertanya apakah saat ini dimungkinkan untuk dilakukan pergelaran tersebut.

Larangan akan kerumunan dan berkegiatan yang mengumpulkan banyak orang menjadi salah satu alasannya. Pembatasan perjalanan luar negeri dan sederet kebijakan banyak negara terkait pandemi ini juga membuat kontes kecantikan seakan berada di ujung tanduk.

Namun, prediksi akan meredupnya kontes kecantikan ternyata tidak sepenuhnya benar. Beberapa kontes kecantikan masih berhasil dilakukan di tengah berbagai keterbatasan. Terakhir, gelaran Miss Grand International 2020 yang berlangsung di Thailand cukup sukses dihelat dengan meriah. Bahkan, kontes ini begitu menarik perhatian masyarakat dunia karena digelar dengan panggung yang spektakuler tanpa adanya klaster penyebaran covid-19. Miss Grand Internatioanal (MGI) pun disebut-sebut sebagai pageant percontohan bagi pageant lain yang akan melangsungkan gelarannya pada masa pandemi ini.

Meski demikian, masih banyak pihak yang menganggap bahwa kontes kecantikan adalah kegiatan yang cenderung membahayakan. MGI boleh saja menampilkan pagelaran yang luar biasa, tetapi tidak demikian halnya dengan Miss Eco International (MEI). Gelaran pageant yang diadakan di Mesir ini menjadi cemoohan karena terjadi klaster penularan covid antara panitia dan peserta. Penularan terjadi karena salah seorang panitia tidak jujur bahwa ia sedang terkena covid-19. Lantas, ia menulari panitia dan peserta lain hingga beberapa national director mengecam ajang ini dan mengancam tidak akan mengirimkan wakilnya pada tahun mendatang.

Dua kontradiksi gelaran pageant tersebut adalah salah satu contoh nyata bahwa pageant layaknya dua mata sisi uang. Ada sisi ketika ia dapat menjadi percontohan dan ada sisi lain ketika ia tak layak untuk diikuti. Dua sisi itu bergantung juga kepada bagaimana cara kita sebagai penikmat pageant mengambil sisi positif dan negatif dari pageant yang kita saksikan. Bagi pelaku pageant, dua sisi ini juga bermakna mengenai sisi perjuangan yang  mereka lakukan demi kehidupan yang lebih baik. Atau, potensi keuntungan singkat yang menjadi patokan sehingga tujuan pageant yang dilakukan tidak lagi tercapai.

Suka atau tidak, dunia pageant kini sudah sangat jauh berbeda jika dibandingkan beberapa tahun lalau atau saat awal kegiatan pageant tersebut digelar. Jika dahulu pageant hanya sebatas serah terima mahkota, adu cerdas menjawab di atas panggung, dan tur para pemenang, kini dunia pegant tidaklah sesempit itu.

Pageant telah menjelma menjadi sebuah industri besar yang mempekerjakan banyak orang. Mulai perancang busana, penata rambut, fotografer, penata koreo, dan sederet pekerjaan lain pun bergantung pada pageant. Berbagai pekerjaan tersebut pun beradu dalam panggung pageant yang akan memperlihatkan seberapa hebat mereka dalam mempersiapkan penampilan sang ratu.

Sebagai contoh kembali, kontes Miss Grand International 2020 adalah salah satu parameter keberhasilan dari berbagai pekerjaan yang mendukung kontes kecantikan tersebut. Masih ingatan di dalam pikiran kita bagaimana Aurra Kharisma -- wakil Indonesia di ajang tersebut -- mendapatkan banyak pujian karena mengenakan berbagai busana yang sangat elegan dan pas sesuai karakternya.

Miss Grand Indonesia, Thailand, Wales, dan USA yang tergabung dalam "Wik Wik Geng: melakukan siaran langsung bersama. Kini, kemeriahan kontes kecantikan berlangsung jauh sebelum malam final digelar . - IG @aurrakharishma
Miss Grand Indonesia, Thailand, Wales, dan USA yang tergabung dalam "Wik Wik Geng: melakukan siaran langsung bersama. Kini, kemeriahan kontes kecantikan berlangsung jauh sebelum malam final digelar . - IG @aurrakharishma
Puncaknya, saat sesi evening gown preliminary competition digelar, ia yang memakai busana ungu mendapatkan banyak pujian dari dunia. Ia dianggap sebagai bidadari dari surga yang turun di panggung MGI. Keberhasilan ini semakin memacu perancang busana, baik dalam dan luar negeri untuk bisa berkarya sebagus desainer yang merancang baju Aurra tersebut.

Dalam kaitannya dengan dampak pageant sendiri terhadap masyarakat luas, meski banyak yang masih memandang sebelah mata, tetapi pageant telah mulai menunjukkan dampaknya. Salah satunya adalah ketika Miss Grand Myanmar -- Han Lay -- dengan lantang meminta bantuan internasional saat ia menceritakan apa yang sedang terjadi di negaranya. Militer Myanmar pun berang. Meskipun tidak secara langsung, Han Lay diisukan akan ditangkap oleh militer Myanmar jika ia pulang ke negaranya. Atas dasar inilah, pemilik MGI, Mr. Nawat menampungnya di Thailand untuk sementara waktu.


Kontes kecantikan juga membuat rasa nasionalisme warga negara terhadap negaranya tumbuh. Ini bisa kita saksikan saat peserta pageant yang mewakili sebuah negara tampil atau baru saja mengunggah foto dan video. Dukungan pun akan mengalir dengan kencang bagi mereka yang sudah susay payah berlatih diri dan bertransformasi ke arah yang lebih baik.

Dukungan paling jelas ketika kontes kecantikan menggelar voting atau pemilihan terbuka, baik melalui media sosial atau aplikasi khusus. Saat MGI digelar, banyak penggemar pageant tanah air yang rela tidak tidur demi memberikan suara melalui YT dan FB kepada wakil Indonesia. Terlebih, saat pemilihan kostum nasional terbaik digelar, harga diri bangsa seolah dipertaruhkan. Memberikan vote seakan sama dengan berteriak kencang di stadion atau GOR ketika melihat atlet Indonesia bertanding.

Sayang, kadang dukungan ini menjurus kepada upaya menjatuhkan kontestal lain, terutama yang dianggap musuh bebuyutan. Contoh utamanya adalah saling adu komentar buruk antara pendukung Indonesia dan Filipina dalam berbagai ajang pageant. Tidak hanya sekadar menjatuhkan dalam bentuk komentar, perang pun kini beralih kepada upaya untuk menyunting foto kontestan dari negara lain yang dianggap musuhnya seburuk-buruknya. Pageant pun menjelma menjadi ajang untuk melenggangkan hate of speech.

Dari kacamata ini, pelaku pageant terutama kontestan sudah saatnya untuk bisa menahan penggemarnya agar hanya fokus dengan wakil mereka sendiri. Kritik membangun dengan bahasa yang santun menjadi kunci karena tekanan terhadap peserta pageant amatlah tinggi. Kisah Miss Eco Indonesia yang menjadi bulan-bulanan warganet lantaran terbata-bata saat sesi Q and A babak 10 besar MEI 2020 seharusnya menjadi yang terakhir. Jika kita ingin wakil kita dihargai oleh masyarakat dunia, maka menghargai wakil kita adalah hal utama yang harus kita lakukan.

Seiring bergulirnya waktu, pageant pun menjelam menjadi ajang untuk membuat konten video yang cukup menjanjikan. Berbagai pageant session atau cerita dan ulasan mengenai pageant bermunculan. Di Indonesia, aktor Gandhi Fernando memulainya dengan cukup baik. Sementara, beberapa nama seperti Alvin Sebetero dari Filipina juga dikenal sebagai pageant analysis yang memberikan paparan lengkap dari A sampai Z terhadap kontestan yang diulasnya. Ia juga dikenal cukup obyektif mengulik kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh peserta pageant.


Dunia pageant juga menjadi sesuatu hal yang menjanjikan bagi mereka yang memiliki uang berlebih. Ivan Gunawan atau Igun adalah contoh nyatanya. Dengan Yayasan Dunia Mega BIntang (YDMB), ia sukses melejitkan wakil Indonesia di ajang internasional dalam waktu singkat. Banyak orang takjub terhadap pengeluaran yang ia berikan pada ratu yang ia kirim. Untung saja, perjuangan Igun tak sia-sia dengan menempatkan wakil Indonesia dalam jajaran 5 besar MGI 2020. Lisensi kontes kecantikan kini menjadi hal yang menjanjikan saat ini.


Tentu, dunia pageant masih memiliki banyak tantangan. Penerimaan masyarakat yang belum sepenuhnya besar, seperti yang terjadi di Indonesia juga menjadi batu sandungan. Pemilik lisensi  atau penyelenggata kontes kecantikan yang tidak melayani peserta kontes kecantikan dengan baik juga kerap terjadi. Isu miring seputar pelecehan seksual terhadap peserta kontes kecantikan di beberapa negara juga masih menjadi bukti bahwa dunia pageant belum sepenuhnya bisa menampilkan apa yang menjadi tujuan dari penyelenggaraan ajang tersebut.

Lantas, bagaimana menurut Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun