Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perlukah Menertibkan Akun-akun "Portal Pageant"?

14 Maret 2021   05:47 Diperbarui: 14 Maret 2021   05:53 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bak disambar geledek, saya begitu kaget ketika Puteri Indonesia 2019, Frederika Alexis Cull dipanggil oleh pihak kepolisian.

Fred- sapaan akrab Frederika - dipanggil sebagai saksi lantaran laporan dari runner-rup 1 Puteri Indonesia 2019, Jolene Marie Rotinsulu akibat dugaan pencemaran nama baik dan penghinaan. Jolene melaporkan dua akun Instagram @suarapageantover dan @cirolwinim.

Keduanya dianggap telah melanggar UU ITE karena menyebarkan data pribadi Jolene. Tentu, peleporan ini dan terseretnya Fred membuat konflik keduanya kembali memanas sejak ditetapkan sebagai pemenang Puteri Indonesia 2019.

Keduanya memang dikenal tidak memiliki hubungan yang harmonis. Sejak kasus pembongkaran aib Fred oleh Jolene pada Desember 2019, pertikaian keduanya ternyata masih berlangsung sampai meeka tak lagi menjabat. 

Bahkan ketika kini telah hadir Trio Romansa -- para pemenang Puteri Indonesia 2020 -- pertikaian tersebut juga tak kunjung mereda.

Salah satu alasan belum redanya pertikaian tersebut adalah masih maraknya saling hujat dua oknum penggemar keduanya. Ya, mereka bisa dikatakan oknum karena jika menyukai pelaku pageant seperti keduanya, maka mereka seharusnya menerima apapun hasil yang telah diraih oleh keduanya.

Saling hujat tersebut semakin terpampang nyata ketika banyak portal pageant bermunculan. Sayangnya, jika portal pageant yang muncul mula-mula cukup netral memberitakan apa yang sedang dilakukan oleh peserta kontes kecantikan, tidak demikian halnya dengan portal pageant yang kini semakin marak.

Sama halnya dengan akun pemuja tokoh politik tertentu, mereka juga kerap menyuarakan hate speech kepada lawan atau kontestan lain yang tidak mereka dukung. 

Ujaran kebencian tidak hanya mengenai keburukan dan sindiran saja tetapi juga mulai mengarah ke bentuk fisik dan penyebaran dokumen pribadi. 

Jelas, jika ini terus dibiarkan, maka akan sangat merugikan para peserta kontes kecantikan dan mencoreng dunia pageant Indonesia yang kini sudah mulai naik daun.

Komunitas pageant internasional pun akan mencap buruk pelaku pageant di Indonesia karena tingkah para oknum yang menyukai ajang ini amat buruk. 

Lantaran, seperti diketahui bahwa mereka tidak saja menyerang lawan dari kontestan yang mereka dukung di dalam negeri, tak jarang mereka juga menyerang kontestan dari negara lawan yang sedang bertanding.

Jari-jemari mereka begitu lentik memainkan kata demi kata yang menghasut orang lain untuk ikut membenci. Tak jarang, mereka juga mengedit foto para pelaku pageant sedemikian rupa sehingga terlihat amat buruk. Sungguh, perilaku oknum-oknum seperti ini sudah amat keterlaluan.

Untuk itu, berkaca pada kasus perseteruan antara Fred dan Jolene ini, sudah saatnya ada penertiban akun-akun portal pageant yang tidak bertanggung jawab. 

Jika mereka tidak ditertibkan, maka akan berimbas juga pada akun portal pageant lain yang memang berniat mendukung para peserta kontes keecantikan dengan beradab. Simpati orang-orang terhadap mereka juga akan menjadi buruk walau tak jarang kegigihan mereka dalam mendukung sang idola amat baik dan bertanggung jawab.

Pihak kepolisian, terutama polisi siber sudah sepantasnya mulai berpatroli merazia akun-akun portal pageant yang dianggap meresahkan. Namun, tentu tak asal memberangus banyak portal pageant secara serampangan. Paling tidak, jika ada indikasi kepada bentuk hate speech, body shaming, atau pengeditan foto para pelaku pageant sehingga terlihat buruk, maka mereka bisa melakukan tindakan. Entah peringatan keras atau ancaman mengenai UU ITE.

Tidak hanya itu, bagi para pelaku pageant sendiri, sudah saatnya ikut serta dalam mengurangi ketegangan antar pendukung mereka. Jika mereka menang atau kalah, sudah saatnya mereka juga bersuara keras mengenai pentingnya perdamaian dalam mendukung idola mereka. Toh kontes kecantikan bukan seperti jabatan politik yang akan berakhir pada 1 tahun saja jika sang idola mereka terpilih. Membenci atau menyukai seseorang secara berlebihan tidaklah baik.

Contoh yang cukup baik dilakukan oleh peserta Trio Romansa -- Ayuma, Ayusa, dan Jihane -- setelah mereka terpilih sebagai para pemenang Puteri Indonesia 2020. Mereka merangkul pendukungnya masing-masing untuk juga mendukung rekan sejawatnya dalam rangka mengikuti ajang internasional. Mereka juga menekankan kini mereka tidak lagi membawa nama diri atau provinsi masing-masing tetapi juga nama negara Indonesia.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ivan Gunawan saat melepas kepergian Aurra Kharisma ke ajang Miss Grand International 2020. Ivan mengatakan bahwa saat ini, tak peduli siapa pun atau dari yayasna mana pun, asal ia berangkat untuk Indonesia, maka dukungan yang positif harus diberikan. Dukungan positif di sini berarti dukungan tanpa mencela atau merendahkan kontestan lain.

Sebagai penutup, kontes kecantikan adalah ajang untuk mencari role model yang baik yang bisa dicontoh bagi banyak orang. Jika kemudian kontes ini bergeser pada tindakan untuk saling membenci dan mencaci, lalu untuk apa kontes ini kemudian digelar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun