Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Jasa Travel Antar-Kota, Sempat "Haram" Bawa Penumpang Kini Kembali Jadi Primadona

3 November 2020   06:41 Diperbarui: 3 November 2020   13:55 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa minibus travel antar kota terparkir di sebuah rumah makan. - Dokumen Pribadi

Tidak hanya itu, masalah pembayaran pun juga harus diperhatikan. Biasanya, kita akan diminta membayar baru pada saat berada di rumah makan. Sopir akan menagih uang perjalanan pada kita sesuai tarif yang disepakati. Saat itu, sang sopir meminta saya membayar penuh 200 ribu rupiah. Saya sempat kaget karena saya telah memberi uang muka 100 ribu rupiah.

Imbas sepinya perjalanan jasa travel juga berdampak pada operasi restoran yang biasanya menjadi jujugan penumpang travel untuk makan malam. Kini aktivitas di rumah makan tersebut kembali bergeliat. - Dokumen Pribadi
Imbas sepinya perjalanan jasa travel juga berdampak pada operasi restoran yang biasanya menjadi jujugan penumpang travel untuk makan malam. Kini aktivitas di rumah makan tersebut kembali bergeliat. - Dokumen Pribadi
Saya pun menunjukkan bukti dengan stempel dari travel B melalui travel A bahwa saya sudah membayar 50% untuk menggunakan jasa travel C. Untunglah setelah dicek ternyata memang benar. Saya tinggal membayar sisanya. Kejadian ini membuat pengalaman untuk hati-hati dan tetap menyimpan bukti transaksi dengan baik.

Masukan juga bagi pengelola travel untuk bisa fair menjalankan jasanya. Jika memang harus dipindah ke jasa travel lain, alangkah baiknya penumpang diberi tahu terlebih dahulu. Pun demikian pula dengan masalah pembayaran jika ada perubahan pengelolaan penumpang tersebut. 

Bagi saya keterbukaan ini penting karena saat sebagai konsumen kita hanya tahu sebuah jasa travel menjalankan usahanya dan kita naik dari jasa travel tersebut. Bukan jasa travel lain.

Di akhir perjalanan, saya juga sempat diminta pindah lagi ke mobil lain agar bisa satu arah dengan penumpang lain. Yah walau memang akan memotong waktu tempuh tapi tetap saja dalam kondisi ngantuk, itu cukup melelahkan.

Meski demikian, sepertinya jasa travel akan masih menjadi pilihan saya. Sebelum kereta api menghapuskan kewajiban rapid test bagi para penumpangnya, travel akan menjadi primadona. 

Saya hitung-hitung, biaya pengeluaran pun masih bisa ditoleransi karena kita akan dijemput dan diantar di depan tujuan kita. Tanpa perlu lagi menambah biaya transportasi lain yang biasanya kita keluarkan saat naik kereta api atau bus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun