Nah, untuk penghasilan blog sendiri, biasanya habis untuk kegiatan jalan-jalan. Saya memang berpikiran --sebelum pandemi -- bahwa jalan-jalan adalah investasi. Saya mungkin akan kehabisan banyak uang tetapi akan ada hasilnya, entah berupa uang kembali atau hal lain.
Saat pandemi berlangsung dan web wisata yang biasanya saya gunakan untuk menulis tutup, saya iseng menghitung berapa pendapatan total dari tiga web tersebut.Â
Ternyata, setelah hampir 1 tahun menulis, saya mendapatkan uang sekitar 5,5 juta rupiah. Uang itu bisa saya wujudkan dalam bentuk laptop baru yang saya gunakan sekarang. Menggantikan laptop tua yang memang sudah perlu diganti.
Walau agak seret karena tidak lagi menulis di sana, tetapi saya mendapatkan gantinya berupa penghasilan dari Google Adsense yang berlipat gegara banyak siswa atau mahasiswa yang nyangkut pada blog saya. Jadi, bisa dikatakan impas lah. Biar tidak banyak, asal masih ada pemasukan, bagi saya lebih dari cukup.
Saya juga bukan tipe orang yang gemar membeli barang jika tak terlampau penting. Kadang, kita mendapatkan barang yang kita inginkan di luar prediksi kita. Semisal, beberapa waktu yang lalu saya ingin sekali membeli jaket karena jaket lama sudah koyak dan kekecilan.Â
Eh tiba-tiba ada wali murid yang memberi bingkisan jaket. Atau, ketika saya kepikiran untuk membeli kamera baru, ndilalah dapat hadiah lomba blog berupa dari Kompasiana.Â
Jadi, kadang saya berpikir untuk menunda membeli barang yang kita inginkan sebelum kebutuhan pokok kita terpenuhi.
Kadang, kita juga kepincut untuk membeli barang secara kredit. Namun, saya benar-benar menghindari ini. Otak saya sudah menolak yang namanya utang. Saya tidak mau dikejar utang tiap bulan meski terlihat sedikit.Â
Apalagi saya bukan pegawai kantoran --apalagi PNS -- yang memiliki kepastian dalam mendapatkan penghasilan. Jadi, kalau bisa -- dan selama ini belum -- saya menghindari utang.
Tidak hanya itu, saya juga mulai mengurangi promo belanja daring. Mulai sekarang, saya biasanya langsung membeli barang di toko atau jika ada teman yang menawarkan dagangannya, maka saya beli.Â
Kalau terjebak pada promo belanja daring, rasanya seperti candu yang tak bisa lepas. Makanya, saya cukup menghindari jebakan promo dari belanja daring terutama pada tanggal cantik.