Namun, saya amat gembira ketika ada orang tua yang dengan telaten menjawab berbagai pertanyaan dari sang anak. Terlebih, jika ia mampu memberi jawaban sesuai porsi yang tepat bagi sang anak atas pertanyaannya yang cukup melenceng. Semisal, mengapa dedek bayi ada di perut ibu dan seterusnya.
Ketika ia akan diperintah dengan seusatu yang tidak benar, maka ia akan mempertanyakan dan mempertimbangkan berbagai hal yang akan ia hadapi. Tidak saja melakukan berbagai hal yang diperintahkan kepadanya yang bisa jadi menjerumuskan dirinya.
Ini pernah saya alami sendiri ketika saya harus berhadapan dengan beberapa pihak yang mencoba bermain anggaran ketika bekerja dulu.
Pernah suatu ketika, ada catatan keuangan yang mengharuskan saya memasukkan pembelian CD pembelajaran buku tematik.
Padahal, jelas-jelas perangkat lunak dalam isi CD tersebut bisa diunduh secara gratis lewat portal Kementrian Pendidikan.
Alhasil, meski sempat beradu argumen, saya tetap bisa mengkritisi pengeluaran kurang penting tersebut dan akhirnya transaksi tersebut bisa dihapuskan. Dari sini saya semakin sadar jika sikap kritis amatlah penting agar kita tetap juga memegang teguh prinisip.
Dalam kaitannya dengan esensi kehidupan, sikap kritis adalah inti dari kehidupan itu sendiri. Kita hidup berproses dan pasti ada banyak pertanyaan seputar proses dalam kehidupan kita. Salah satu proses yang sering menimbulkan pertanyaan kritis saya adalah masalah kesehatan yang saya alami.
Pada suatu titik, saya merasa ada gangguan kesehatan yang menerpa tubuh saya semisal bersin yang tiada henti. Padahal, saya tidak pernah makan es krim atau berkontak dengan orang lain dalam beberapa waktu. Ketika ada pikiran bahwa saya terkenak covid-19, saya mulai mengkritisi diri saya.
Mengurai beberapa penyebab saya batuk dan bersin yang ternyata disebabkan oleh cuaca. Dari pikiran kritis tersebut, saya pun mancari cara bagaimana agar batuk dan bersin yang saya derita tidak berkepanjangan. Memberikan rasa hangat pada tubuh pun saya lakukan dan ternyata berhasil.
Tidak hanya dalam masalah kesehatan, pada penerimaan kegagalan pun saya mencoba kritis terhadap apa yang saya lakukan sehingga gagal. Mulai dari usaha yang belum maksimal hingga ada pikiran lain yang membebani. Mencoba untuk kritis pada diri sendiri semacam ini memang menjadi salah satu kegiatan saya sejak sekolah dulu.