Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Pelajaran Toleransi Kita Hampir Selalu Remidi

21 September 2020   07:28 Diperbarui: 21 September 2020   20:36 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - www.balairungpress.com

Dalam tatap muka daring yang saya lakukan dengan amat terengah-engah dua bulan terakhir, ada satu materi yang sering tidak mendapat waktu pada setiap pembahasan.

Materi tersebut adalah materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang hampir 98% tidak ditanyakan oleh siswa saya. Alasannya, mereka lebih memilih -lebih tepatnya terpaksa- menghabiskan 1,5 jam pertemuan untuk membahas materi matematika, IPA, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain.

Jangan tanyakan alasannya karena sudah pasti materi PPKn bisa mereka kerjakan sendiri. Bisa mereka jawab dengan cepat tanpa banyak perlu berpikir lebih jauh lagi. Tidak hanya itu, materi PPKN bagi mereka adalah materi pengulangan. Dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD dan dari kelas 7 SMP hingga kelas 12 SMA. Paling-paling, materi pengamalan dan lambang sila pancasila yang akan sering muncul.

Namun, pada seuatu kesempatan, akhirnya saya menyetop terlebih dahulu materi lain yang saya ajarkan. Saya berikan porsi 30 menit khusus untuk materi PPKn pada pertemuan kelas 4 dan 5. Alasannya, tak lain beberapa hari sebelumnya saya dan beberapa siswa lain dibuat mengelus dada lantaran ada 3 hingga 5 anak yang tidak bisa menaati aturan les dengan baik.

Semisal, masuk ruangan Google meet lebih lambat dan terlambat mengerjakan tugas dengan seribu alasan. Ketika saya melanjutkan materi berikutnya, siswa tersebut malah meminta penjelasan ulang mengenai soal yang belum ia kerjakan. Dan akhirnya porsi 30 menit itu saya berikan khusus untuk membahas masalah toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Materi ini juga muncul berulang. Dengan narasi yang sederhana, siswa mendapatkan persepsi mengenai tindakan dan pengamalan sikap bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam paparan umum, contoh tindakan yang sering dijadikan gambaran adalah toleransi umat beragama.

Semisal, mempersilakan teman yang akan beribadah dan tidak menganggunya. Dua narasi yang terus berulang dan seakan sudah menjadi auto text ketika ada pertanyaan mengenai toleransi. Namun, dengan kejadian tak mengenakkan beberapa hari sebelumnya saya mencoba memberikan pemahaman kepada mereka mengenai toleransi dengan lebih mendalam agar bisa segera diaplikasikan.

Menilik maknanya dalam KBBI, toleransi memiliki beberapa arti. Yang paling utama adalah sifat atau sikap toleran. Ada pula arti bahwa toleransi adalah batas ukur dan penyimpangan yang masih diperbolehkan. Jika dibahasakan dalam narasi yang mudah ala anak SD, toleransi adalah seberapa bisa kita bisa menerima hal yang berbeda dari orang lain.

Lalu, pemahaman pun akan berlanjut kepada manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki karakter berbeda. Tiap orang akan memiliki pemikiran, sifat, kebiasaan, dan hal lain yang berbeda dengan orang lain. Nah, di sinilah bagaimana kita bisa menerima perbedaan itu sehingga kita sama-sama nyaman melakukan kegiatan kita.

Toleransi pun akhirnya tak sebatas dalam bentuk kehidupan beragama. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, salah satu bentuk toleransi yang cukup sulit dilakukan adalah toleransi waktu. Toleransi ini menjadi amat sulit dilakukan terutama bagi mereka yang memang tidak mengerti makna dari toleransi tersebut.

Ketika toleransi memiliki batas tertentu yang diikat oleh sebuah aturan, maka sebenarnya kita memiliki sebuah kebebasan di dalam sebuah keterikatan. 

Artinya, kita memang akan mendapat toleransi tetapi kita juga harus bisa bertoleransi dengan yang lainnya. Kalau kata simbah saya dulu, podo ngertine. Sama-smaa ngertinya. Saya mengerti segala kekurangan dan perbedaan orang sekitar dan orang sekitar pun juga mengerti kekurangan dan perbedaan saya.

Keduanya harus berjalan beriringan. Dalam masalah waktu, kita memang mendapat toleransi jika ada hal-hal di luar kuasa kita yang membuat orang harus bertoleransi kepada kita, maka kita pun juga harus bertoleransi kepada mereka yang telah menunggu atas kehadiran atau hasil kerja kita. 

Apa iya, orang lain bisa bertoleransi menunggu kita sampai Miss Universe dimenangkan oleh seorang laki-laki?

Artinya, toleransi yang diberikan oleh orang lain seyogyanya juga menjadi ajang untuk kita bertoleransi kepada mereka. Toleransi pun menjadi dua arah yang tidak dapat dipisahkan. 

Toleransi tidak sekadar slogan yang terpampang di media sosial atau berbagai tempat lain yang begitu membanggakan. Toleransi adalah salah satu hal sederhana yang nyatanya sulit untuk dilakukan.

Selain waktu, toleransi menggunakan fasilitas umum seperti ATM, toleransi menggunakan kamar mandi, toleransi dalam berkomunikasi WAG adalah beberapa diantaranya. Toleransi juga akan menjadi hal yang tak dapat dipisahkan. Ia juga menjadi salah satu dasar dari pengamalan Pancasila tak hanya sila pertama.

Toleransi dalam membantu sesama dalam sila kedua, toleransi dalam menjalin pertemanan dalam sila ketiga, toleransi dalam bebeda pandangan politik dalam sila keempat, dan toleransi dalam mewujudkan keadilan sesama seusai sila kelima.

Dalam menyikapi sebuah isu yang tidak bisa dilihat benar salahnya, toleransi juga amat diperlukan. Kadang, sebegitu inginnya kita berprinsip, kita jadi tidak bisa bertoleransi kepada orang lain yang berbeda pemikiran. 

Pokoknya ya begini. Jika sudah begitu, maka sebenarnya kita perlu melakukan remidi materi toleransi secara praktik. Orang yang bisa bertoleransi adalah orang yang bisa menerima perbedaan pandangan.

Setelah memiliki sedikit pandangan mengenai toleransi ini, saya pun mulai melakukan refleksi diri. Seberapa sering saya tidak bertoleransi kepada mereka yang berbeda pendapat dengan saya? Ternyata cukup sering juga.

Hmm.... Artinya saya harus remidi toleransi nih. Bagaimana dengan Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun