Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ekskul PMR, Pencetak Jiwa Kepemimpinan dan Segudang Pengalaman

28 Agustus 2020   06:52 Diperbarui: 28 Agustus 2020   07:29 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Dokumen pribadi

Berbicara pandemi dan PJJ yang terjadi sekarang ini, yang menjadi salah satu hal yang paling dikangeni adalah kegiatan ekstrakurukuler.

Ekstrakurikuler (ekskul) menjadi kegiatan yang berkesan dalam diri tiap siswa yang mengikutinya. Dengan ekskul, banyak pelajaran yang  tak didapatkan dari kegiatan pembelajaran di kelas.

Selama sekolah, saya sebenarnya mengikuti beberapa ekskul. Pramuka tentu menjadi ekskul wajib yang sedikit banyak membentuk pribadi saya. Saya juga sempat menjadi anak "alim" dengan mengikuti ekskul Badan Dakwah Islam (BDI) saat SMP. Saya juga pernah keluar masuk ekskul lain seperti jurnalistik dan teater. Namun, pengalaman paling berkesan adalah ketika mengikuti ekskul Palang Merah Remaja (PMR) ketika SMA.

Sebenarnya, saya tidak berniat mengikuti PMR pada awal kelas X. Kala itu bahkan saya berkeinginan mengikuti ekskul dance atau sinematografi lantaran terlihat keren. Eh saat ada kakak kelas mencari anggota PMR untuk siswa laki-laki, saya tiba-tiba kepincut.

Saat itu ekskul PMR sedang melakukan diklat untuk merekrut anggota baru dan memang cukup sulit mencari siswa laki-laki. Jadi, kalau tak salah, saat angkatan saya hanya ada 5 siswa laki-laki yang bergabung dengan eskul ini.

Ternyata, untuk menjalani diklat tidaklah mudah. Kami harus berlatih setiap hari untuk melakukan Pertolongan Pertama (PP). Dari sekian siswa baru, kami dibagi menjadi beberapa tim dengan 6 orang tiap tim.

Masing-masing tim dibagi lagi menjadi kepala komandan, wakil kepala, anggota A, anggota B, anggota C, dan anggota D. Sebenarnya, siswa laki-laki harus berperan lebih dan menjadi anggota C sebagai penunjuk jalan dan memastikan keselamatan anggota lain. Tetapi, saya beruntung memiliki postur tubuh yang kecil. Jadi, rekan pria saya yang lain yang lebih tinggi dan kuat menjadi anggota tersebut.

Sementara, saya menjadi anggota B yang mendapat tugas mencatat keluhan pasien yang kami tangani dalam kartu luka. Kartu ini bergambar anatomi tubuh manusia secara sederhana. Di dalam kartu tersebut, saya harus mengisi dengan cepat dan tepat mengenai keluhan atau diagnosis awal dari rekan saya untuk selanjutnya dicocokkan dengan hasil pemeriksaan tim medis di pos kesehatan nanti.

Jadi, sebagai latihannya, kami berpura-pura mendapatkan korban entah kecelakaan atau apa yang meringis kesakitan dan menceritakan keluhannya. Dengan waktu sesingkat mungkin kami harus bisa memberi pertolongan pertama agar korban tersebut tidak semakin parah.

Saat melakukan pertolongan tersebut, kami digembleng oleh pelatih kami, baik fisik dan mental. Oh ya, para pelatih kebanyakan adalah alumni dari sekolah kami  yang dengan rela hati meluangkan waktu dan tenaga untuk kegiatan pelatihan tersebut. Jadi, rasanya saya mendapatkan pelatihan semi militer yang cukup keras. Meski demikian, bagi saya masih asyik karena mereka juga dekat dengan kami dan sering sharing masalah kesehatan. Terutama, mereka yang berkuliah di jurusan kedokteran atau bahkan sedang menjalani koas di sebuah rumah sakit.

Saya jadi tahu sedikit banyak mengenai beberapa jenis luka, seperti luka iris, memar, robek, dan lain sebagainya. Saya juga mendapat pelajaran mengenai cara menangani dislokasi terbuka dan tertutup, dan lain sebagainya. Tapi, yang paling berkesan adalah sebagai tenaga medis, saya mendapatkan pelajaran mengenai leadership, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar kita untuk tetap tenang dan taktis dalam menghadapi krisis kesehatan. Ini tidak mudah lho.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun