Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Memastikan Tidur Tepat Waktu hingga Berhadapan dengan Wali Murid yang Mengirim Boneka, Ini Kenangan Tak Terlupakan saat Menemani Siswa Kemah Pramuka

14 Agustus 2020   16:08 Diperbarui: 14 Agustus 2020   16:24 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan ikut kemah pramuka di Lapangan Rampal Malang. - Dokumen Pribadi

"Bapak-ibu yang terhormat, putra-putri Anda hanya semalam di sekolah. Ini jadi momen agar mereka bisa mandiri. Tolong percayakan pada kami. Semua akan baik-baik saja. Makan minum mereka terjamin dan jika ada yang sakit sudah ada tim medis yang menangani. Jadi tidak usah bawa segala macam peralatan rumah untuk dibawa ke sekolah ya".

Kalimat ini keluar setelah ada dua ibu-ibu yang membawa boneka beruang dan barbie lantaran menurutnya putrinya tak bisa tidur tanpa boneka kesayangannya. Ia juga beralasan putrinya yang baru duduk di kelas 4 SD pertama kali tidur di luar rumah.

Saya memang menyadari akan kondisi itu tetapi ya tidak begitu juga. Namanya pramuka ya berlatih untuk bisa berani dan mandiri. Dan momen kemah di sekolah adalah momen pertama bagi mereka untuk menjalani kehidupan dewasa tanpa campur tangan orang tua.

Selain salah paham dengan wali murid, kesulitan menemani siswa kemah pramuka adalah menangani  mereka yang tidak mau makan. Saya yakin alasan utamanya adalah mereka tak selera makan lantaran menu yang disajikan tidak seenak masakan orangtuanya di rumah. Padahal, selama saya mengikuti kegiatan ini, para wali murid yang ditugasi memasak sudah melakukan kewajibannya dengan baik.

Mereka juga kerap memberi ekstra susu dan buah-buahan agar kesehatan para siswa tetap terjaga. Ada pula yang menambahkan snack agar siswa juga semangat untuk makan nasi. Namun ya namanya anak, meski kadang saya temani mereka makan agar ada semangat, masih ada beberapa yang tahan untuk tidak makan nasi selama semalaman. Kalau pun mau makan, itu hanya satu dua sendok. Alhasil, ketika kegiatan penjelajahan, mereka pun jatuh sakit.

Momen yang tak terlupakan lain adalah menyuruh mereka untuk tidur tepat waktu. Ada saja kegaduhan yang dilakukan. Yah namanya tidur bersama teman, kadang mereka bercerita hingga larut malam. Lagi-lagi, para guru hanya tidur beberapa jam saja sebelum memastikan semua siswa tidur atau tampak tertidur.

Menemani siswa ketika kemah di luar sekolah tentu jauh lebih kompleks. Masalah transportasi dan keamanan menjadi hal utama di samping logistik dan tetek bengek lainnya. Tugas menemani siswa ini biasanya diserahkan kepada guru yang masih muda dan belum menikah. Alasannya karena banyak kegiatan yang harus juga diikuti oleh guru pendamping tersebut. Namun, banyak juga guru senior yang masih semangat mendampingi siswa yang kemah.

Senangnya kemah di luar sekolah itu adalah adanya pengalaman baru. Saya kalau mendapat kesempatan mendampingi siswa saya suka kepo dengan fasilitas yang diberikan tempat yang digunakan. Seperti toilet, musala, dan lain sebagainya. Terlebih lagi, jika kemah dilakukan di kompleks militer yang tak bisa saya akses pada hari  biasanya.

Memastikan siswa mau makan selama kegiatan adalah tantangan tersendiri. - Dokumen Pribadi
Memastikan siswa mau makan selama kegiatan adalah tantangan tersendiri. - Dokumen Pribadi
Namun, kemah di luar sekolah juga berisiko jika kondisi hujan deras melanda. Pernah pada suatu ketika karena hujan deras, semua peserta terpaksa tidur di barak militer yang berlantai papan kayu. Sebelum tidur, saya berkata kepada siswa saya ya beginilah salah satu cara ikut merasakan tidur di tempat pengungsian bencana alam. Makanya, sudah sepantasnya mereka bersyukur setiap hari bisa tidur di tempat layak.

Kenangan terakhir saat menemani siswa kemah adalah berserakannya barang bawaan mereka selepas kemah. Ada saja barang yang tertinggal mulai kasur, selimut, sajadah, kaos dalam, boneka, peralatan masak, tali, dan lain sebagainya. Rekan guru senior saya ada yang secara khusus membuka semacam pasar loak selama tiga hari. Pasar loak itu berisi pengumuman bagi siswa yang merasaka barangnya tertinggal. Dan herannya, setelah 3 hari, masih ada juga barang yang tak diambil. Implikasinya, bebera[a barang pun harus dibuang atau menjadi inventaris sekolah.

Kenangan ini juga membuat pembelajaran bagi siswa untuk bertanggung jawab atas kepemilikan mereka. Pembelajaran ini sangat penting karena banyak orang dewasa yang tidak mengakui barang itu miliknya atau bahkan sebaliknya. Dengan kemah pramuka, tanggung jawab itu dilatih agar mereka terbiasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun