Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Euforia Masyarakat yang Tak Terkendali di Tengah Maju Mundurnya Pembukaan Wisata Pantai di Malang

14 Juli 2020   08:51 Diperbarui: 16 Juli 2020   05:06 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keelokan pantai di jalur lintas selatan Malang sementara tidak dapat dinikmati pengunjung. Pemkab Malang memutuskan untuk kembali menutup wisata pantai untuk mencegar penyebaran Covid-19| Sumber: Kompas.com/Dahlia Irawati

Antara ya dan tidak, itulah yang bisa digambarkan pada dunia wisata Malang terutama wisata pantai di Malang Selatan.

Setelah hampir sebulan dibuka kembali dengan embel-embel "new normal" dan sederet tagline "protokol kesehatan", Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang akhirnya menutupnya kembali.

Surat edaran penutupan menyebar di media sosial. Tentu, kekecewaan pun muncul terutama dari pelaku wisata dan sebagian masyarakat yang sudah merencanakan pergi ke pantai. Bahkan, banyak spekulasi bahwa surat edaran penutupan tersebut adalah hoaks belaka.

Nyatanya, surat tersebut memang benar dan kebijakan yang diambil Pemkab Malang untuk menutup pantai benar-benar dilakukan. Lagi-lagi, banyak pro dan kontra akan kebijakan ini.

Sebagian menganggap bahwa keputusan ini sudah telat. Lantaran, ditutup atau dibuka lagi entah pada suatu hari nanti yang jelas kasus Covid-19 di Malang sudah banyak. Banyak anggapan bahwa pembukaan pantai beberapa waktu lalu di saat kasus Covid-19 belum tuntas atau menurun adalah sebuah hal yang blunder.

Alhasil, masyarakat pun masih abai dalam menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Alasan utama dari penutupan pantai ini. 

Memang, alasan ini menjadi alasan pertama karena pengunjung yang membludak, tidak jaga jarak, tidak menggunakan masker, dan tak ada banyak tempat cuci tangan. Jumlah petugas yang tidak memadai juga menjadi kunci dari gagalnya penerapan protokol kesehatan di pantai ini.

Mereka pun sering kewalahan untuk memantau dan menertibkan pengunjung yang tidak taat peraturan. Ini bisa dimaklumi karena selama masa PSBB, banyak warga yang sudah ingin berwisata. 

Jujugan mereka yang utama adalah pantai karena menawarkan keindahan alam, kesejukan, dan tempat yang bisa digunakan santai bersama keluarga. Harga tiket masuk yang murah juga jadi alasan.

Satu hal yang cukup jadi perhatian adalah tidak adanya rekam data pengunjung yang datang ke pantai. Semisal, pencatatan KTP atau identitas lainnya. Jadi, ketika ada suatu hal yang tak diinginkan, semisal ada satu orang yang ternyata terkonfirmasi positif Covid-19 setelah berkunjung ke pantai, maka bisa dipastikan proses pelacakan akan sangat sulit.

Beberapa alasan tadi membuat para pengelola pantai harus memiliki izin untuk bisa membuka pantainya kembali. Sebagai informasi, sebagian pantai di Malang dikelola oleh Pemkab dan lainnya dikelola oleh Perum Perhutani yang bekerja sama dengan penduduk setempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun