Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memecah Kelas Paralel Saja Sulit, Bagaimana Bisa Memulai "New Normal" di Sekolah?

28 Mei 2020   09:55 Diperbarui: 28 Mei 2020   11:42 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD (Sumber gambar: Shutterstock via regional.kompas.com)

Saya mungkin menjadi pihak yang menyangsikan dan kurang setuju jika sekolah mulai dibuka lagi pada pertengahan Juli ini. Walau secara ekonomi jelas akan menguntungkan saya sebagai pemilik jasa bimbingan belajar karena kegiatan pembelajaran kembali normal, tetapi jika dirunut lebih jauh lagi ini sangat membahayakan.

Memang, jika mengikuti aturan yang diterapkan mengenai pembatasan fisik di dalam ruangan, kelas di dalam bimbingan belajar masih bisa diatur sedemikian rupa. 

Jika biasanya dalam satu ruangan di kelas saya berisi 5 hingga 6 siswa, maka nanti akan diatur menjadi 2 hingga 3 siswa saja. Tentu, dengan berbagai protokol kesehatan lainnya seperti tempat mencuci tangan, pengecekan suhu, dan lain sebagainya. Jumlah siswa bimbingan belajar yang sedikit memang cukup memudahkan dalam melakukan kegiatan ini.

Tetapi, siswa bimbingan belajar juga berasal dari siswa sekolah yang bisa saja tidak menerapkan aturan tersebut dengan maksimal. 

Potensi penularan virus covid-19 pun akan sama besarnya dengan di sekolah. Makanya, membuka kegiatan pendidikan dalam waktu dekat bukanlah keputusan tepat.

Sudah menjadi rahasia umum, aturan pembatasan jumlah siswa dalam satu kelas menjadi hal yang sulit dipenuhi. Hampir sebagian besar sekolah di Indonesia merupakan sekolah dengan kelas gemuk. Yang memiliki jumlah siswa lebih dari 20 orang dalam satu kelas. 

Bahkan, ada banyak sekolah yang memiliki siswa lebih dari 40 siswa. Padahal, sesuai aturan dari Kemendikbud pada masa "old normal", jumlah siswa maksimal adalah 28 untuk SD dan 32 untuk SMP serta 36 untuk SMA.

Kurangnya fasilitas menjadi hal utama yang membuat kelas-kelas di Indonesia menjadi kelas gemuk. Dengan berjubelnya siswa, maka jarak antar siswa dan guru menjadi sangat rapat. 

Beberapa kelas bahkan tidak memiliki sedikit pun ruang di bagian belakang yang biasanya digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan penting seperti sapu dan alat kebersihan lainnya. Dan tak semua kelas memiliki kotak P3K yang seharusnya juga harus disediakan.

Salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya siswa dalam satu kelas adalah memecah kelas. Biasanya, jika sebuah sekolah hanya ada 1 kelas paralel, maka akan dipecah menjadi 2 kelas. 

Jika sudah ada 2 kelas paralel, maka akan dipecah menjadi 3 kelas dan seterusnya. Pemecahan ini dilakukan selain menjaga kesehatan siswa, juga untuk memaksimalkan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun