Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Banyak Warga yang Meminta Data Sebaran Covid-19 Tiap Kelurahan

8 April 2020   07:00 Diperbarui: 8 April 2020   08:43 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Jubir Menkes yang selalu ditunggu. | Tirto. Id

Tiga hari belakangan ini, warga Kota Malang cukup resah dengan data sebaran kasus covid-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Malang. Pasalnya, tidak seperti pada pekan sebelumnya yang menggambarkan dengan detail sebaran warga yang telah terjangkit penyakit ini, tiga hari ini data itu tak tampak detail.

Bahkan, beberapa hari lalu, saat berbarengan dengan momen Hut Kota Malang, data sebaran ini tertumpuk oleh unggahan ucapan selamat yang memenuhi lini masa IG maupun Twitter Kota Malang. Pihak pemkot pun bahkan sempat merapel data ini dua hari sekaligus tanpa ada sebaran data per wilayah. Hanya sebaran secara umum dalam tingkat Kota Malang. 

Padahal, banyak warga Kota Malang yang sudah me-mention pemkot agar segera memperbarui sebaran data ini. Walau data mengenai jumlah kasus positif di Kota Malang sudah diketahui dari akun milik Pemprov Jatim dan Gubernur Khofifah, tetap saja banyak orang yang bertanya dan penasaran. Di daerah mana sebaran penyakit ini mulai terlihat banyak?

Sayangnya, setelah ditanyakan oleh beberapa warga, ternyata Pemkot Malang malah memperluas bentang sebaran covid-19 yang ada di kota ini. Jika sebelumnya sebaran berdasarkan data per kelurahan, kini menjadi per kecamatan. Sontak, publik pun bertanya-tanya. Mengapa pemkot memperluas data sebaran ini? Implikasinya, permintaan untuk membuka data per kelurahan pun mengalir. Terutama, bagi mereka yang tinggal di kawasan zona merah yang datanya sudah terekspose beberapa hari sebelumnya.

Meski demikian, ada kekhawatiran jika data per kelurahan dibuka, maka akan timbul kekhawatiran yang berujung chaos. Terlebih, ada beberapa kelurahan di Kota Malang yang sudah cukup merah dengan adanya pasien positif, PDP, OTG, dan ODP dengan jumlah yang cukup banyak. Ada pula beberapa wilayah yang sudah menerapkan lockdown lokal. Barangkali, pertimbangan ini yang menjadi alasan pihak Pemkot Malang tidak membuka data per kelurahan tersebut.

Data persebaran covid-19 di Kota Malang yang sebelumnya per kelurahan (kiri) menjadi per kecamatan (kanan) . - IG @pemkotmalang
Data persebaran covid-19 di Kota Malang yang sebelumnya per kelurahan (kiri) menjadi per kecamatan (kanan) . - IG @pemkotmalang
Selain itu, stigma yang timbul di masyarakat dengan adanya wabah ini juga masih menjadi pertimbangan. Apalagi, ada beberapa pasien dalam pengawasan yang meninggal dunia meski beberapa diantaranya sudah dinyatakan negatif covid-19. Stigma buruk pun timbul lantaran proses pemakaman yang dilakukan terhadap pasien tersebut sama dengan pasien yang telah dinyatakan positif covid-19.    

Pertimbangan tersebut memang masuk akal dan bisa diterima. Namun, cakupan wilayah kecamatan yang terlalu luas bisa menjadi kesulitan sendiri bagi warga yang benar-benar butuh sebaran datan ini. Jika data tersebut berada di wilayah kabupaten dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu banyak, tentu tak menjadi masalah. Malah, sebaran tiap desa yang dimiliki oleh kabupaten terasa sangat banyak. Aktivitas penduduk di sana lebih banyak berkutat di satu kecamatan. Pusat-pusat keramaian juga lebih banyak berada di kota kecamatan. Pasar kecamatan atau pasar desa misalnya.

Lain halnya jika di wilayah kota yang lebih sempit dengan penduduk banyak. Pusat keramaian pun juga lebih dari satu dan tersebar merata. Aktivitas penduduk juga terjadi lintas kecamatan. Bahkan, jika berada di kota rasanya batas kecamatan menjadi sangat kabur tak seperti di kabupaten. Makanya, untuk wilayah kota, sebaran data mengenai covid-19 alangkah lebih baiknya dijabarkan per kelurahan.

Ini tak lepas dari persepsi masyarakat yang banyak mengentengkan wabah ini. Berita kesembuhan yang digembar-gemborkan malah menjadi penghilang kewaspadaan warga. Buktinya, saat dinyatakan 3 warga Kota Malang yang positif covid-19 sembuh dan beberapa diantaranya malah tidak tahu kalau sedang mendapat penyakit ini, jalanan kembali ramai. Anak-anak mudak kembali nongkrong di kafe atau pinggir jalan.

Namun, beberapa hari kemudian, pasien positif covid-19 di kota ini melonjak dari 3 menjadi 8 yang semuanya diawali dari OTG. jumlah PDP dan ODp pun melonjak drastis. Berita ini diikuti dengan berita pembubaran paksa warga yang masih saja betah nongkrong di pinggir jalan. Sebuah kontradiksi yang cukup membuat pilu di tengah perjuangan paramedis dalam menyembuhkan pasien yang memenuhi rumah sakit.

Bisa saja, dengan tidak adanya sebaran penyakit ini per kelurahan, banyak yang mengganggap remeh. Kan belum masuk kelurahan saya. Kan ini masih dalam satu kecamatan dengan area yang lebih luas sehingga akan aman-aman saja. Padahal, jika dirunut menurut kelurahan, jumlah yang sudah PDP, ODP, ODR, dan OTG sudah sangat banyak. Di kelurahan saya sendiri, sebelum data per kelurahan ini tak lagi dibuka, jumlah mereka yang berisiko terhadap penyakit ini sudah 10 lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun