Tahun 2019 bisa disebut sebagai tahun gila-gilaan acara bakar-bakar uang berbagai dompet digital.Â
Tidak perlulah saya sebut dompet digital mana yang sering membakar uangnya. Mereka memberikan cashback dengan jumlah yang fantastis. Dari 30% bahkan hingga 100%.Â
Tidak hanya dalam bentuk cashback poin, kembalian itu juga berupa saldo utama yang bisa dibelanjakan kembali.Â
Alhasil, berbagai pengguna ponsel pintar pun juga berlomba-lomba menggunakan dompet digital ini. Bahkan, saya pernah menemukan satu keluarga yang terdiri dari 4 orang (ayah, ibu, dan 2 anaknya yang remaja) memakai akunnya masing-masing saat makan di sebuah restoran cepat saji agar mendapatkan cashback yang maksimal.Â
Saya pun akhirnya terkena wabah tersebut. Saya juga ikut melihat promo apa saja yang diberikan dompet digital yang sedang naik daun.Â
Saya pun juga ikut meng-upgrade akun dompet digital agar mendapatkan cashback yang maksimal.Â
Saya bahkan rela naik bus butut menuju Kota Sleman untuk mendapatkan cashback ini lantaran tempat tinggal saya yang jauh dari peradaban. Intinya, saya menjadi pemuja cashback.Â
Tidak boleh ada promo cashback yang terlewat. Tidak boleh pula ada dompet digital yang kosong. Paling tidak, saya mengisi saldo tiap akun dompet digital sebesar 200.000 rupiah.Â
Bisa dibayangkan berapa perputaran uang yang terjadi? Itu belum fee menulis dari berbagai portal media yang saya dapat juga melalui dompet digital yang saya belanjakan.
Pikiran itu memang ampuh untuk meninabobokan saya. Cashback demi cashback terus saya dapat. Saya belum sadar jika di balik manisnya cashback yang saya dapat tersimpan pula petaka yang tanpa disadari.Â
Apalagi, uang yang semakin terkuras habis lantaran saya secara tidak sadar terus mengisi dompet digital dengan uang tunai untuk mengamankan masa promo cashback.Â