Baik sate manis maupun asin sama-sama dijual dengan harga 10.000 rupiah. Keduanya juga menjadi favorit pembeli warung ini untuk dimakan di sana atau dibawa pulang.Â
Kadang, jika saya datang terlalu siang, saya malah kehabisan kedua varian sate komo tersebut.Â
Alasannya, banyak pembeli yang membungkus sate itu untuk dibawa pulang. Tak tanggung-tanggung, para pembeli bisa membawa pulang hingga 10 tusuk sate.
Ada pengajian rutin yang diselenggarakan oleh jamaah Muslimat NU di Kantor PCNU. Kegiatan ini juga bersamaan dengan kebaktian di GKJW Malang Congregation Church.Â
Jika dua kegiatan keagamaan ini rampung, maka dipastikan warung Bu Zuhriah penuh dengan mereka yang akan sarapan.
Warung pun penuh dan kadang Bu Zuhriah cukup kewalahan melayani pembeli. Meski demikian, adanya putra-putri beliau yang membantu melayani pembeli membuat makan di warung itu masih nikmat meski ramai.Â
Beliau tetap ramah dan telaten melayani pembeli walau usianya sudah lebih dari 70 tahun.
Beliau konsisten menggunakan daging segar agar tekstur sate komo bisa terjaga. Tetap empuk dan bumbu yang digunakan bisa meresap.Â