Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Motivator Menempeleng Siswa, Bukti Mengajar Tak Semudah Memberi Seminar Motivasi

19 Oktober 2019   09:23 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:51 2820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wali Kota Malang Sutiaji bersama jajaran Forkopimda Kota Malang saat menemui siswa korban pemukulan di SMK Muhammadiyah 2 Kota Malang, Jumat (18/10/2019) (KOMPAS.com/ANDI HARTIK)

Semua sepakat, antara anak-anak dan orang dewasa pasti memiliki perbedaan dalam cara belajar yang dilakukan.

Makanya, ada ilmu yang disebut sebagai pedagogi -- mendidik anak -- dan andragogi -- mendidik atau memotivasi orang dewasa dalam belajar. Mengajar anak tidak sama dengan mengajar orang dewasa. Termasuk, siswa SMK sekalipun yang masih dikategorikan anak-anak.

Salah satu hal dasar yang cukup membedakan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar adalah motivasi belajar yang mereka miliki.

Jika anak-anak akan cenderung melalui pujian, hadiah, dan hukuman, maka orang dewasa lebih kepada dorongan diri sendiri.

Makanya, hal inilah yang harus diperhatikan para pengajar sebelum kegiatan pengajaran, workshop, dan sejenisnya dilakukan.

Apa sih motivasi peserta worshop untuk datang dan menyimak acara? Bagaimana sih caranya agar motivasi itu tetap terjaga hingga selesai acara? Bagaimana memberikan kesan pertama agar peserta pelatihan bisa langsung tertarik dengan apa yang dibicarakan?

Tentunya, sang pemateri harus memahami ilmu ini. Bahkan, menurut dosen saya, ini lebih penting dibandingkan materi inti yang akan disampaikan. Sebagus apapun materi yang akan disajikan, jika pemateri tidak handal dalam menarik minat peserta, percayalah, segala hal yang dibicarakan oleh pemateri akan terdengar angin lalu saja.

Para peserta akan mulai tidak konsentrasi dan beralih kepada kegiatan lain. Bercakap-cakap, memainkan ponsel, hingga tertawa terbahak-bahak. Kalau Anda sebagai seorang guru, hal-hal tersebut akan sangat lumrah.

Kadang kala juga membuat hati jengkel lantaran bisa dipersepsikan sebagai tindakan yang tidak menghargai pemateri.

Meski demikian, bukan cara kasar yang harus dilakukan untuk membuat efek jera bagi peserta pelatihan yang tidak memperhatikan dengan seksama. Masih ada banyak cara yang lebih bijak. 

Beberapa diantaranya bisa menghukum di depan sambil mengulang pernyataan, menyuruh menyanyi, atau jika sudah benar-benar tidak bisa dimaafkan, peserta tersebut bisa dikeluarkan dari ruang pelatihan. Kembali, bukan cara kekerasan fisik yang diutamakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun