Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Jasa Ar-Razi, Dokter Serba Bisa dari Iran

27 Mei 2019   08:31 Diperbarui: 27 Mei 2019   12:45 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Dokpri

Selain Ibnu Sina, dunia muslim juga memiliki salah satu ilmuwan di bidang kedokteran yang sangat terkenal.

Beliau adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenal sebagai Ar-Razi. Orang Eropa menyebutnya sebagai Rhazes. Lahir di kota yang terkenal sebagai kota pengetahuan, yakni Rayy, Ar-Razi sangat kental dengan kehidupan ilmu pengetahuahn sejak kecil.

Filsafat, kimia, matematika, dan sastra adalah beberapa ilmu yang diminati Ar-Razi untuk dipelajari. Tak hanya itu, seni musik juga menjadi salah satu kegemarannya dengan memainkan beberapa alat musik. Menjadi pemusik juga pernah menjadi cita-cita ilmuwan yang lahir pada 251 H/656 M ini.

Walau demikian, ilmu kimia yang berkaitan erat dengan kedokteran menjadi salah satu perhatian besarnya. Percobaan demi percobaan kimia terus dilakukan Ar-Razi di kala remaja hingga menginjak dewasa. Sayang, pada suatu ketika, akibat percobaan yang dilakukan, Ar-Razi mengalami musibah dan membuat matanya menjadi cacat.

Untuk mengobati cacat matanya, Ar-Razi kemudian mencari dokter untuk menyembuhkan cacatnya. Dari sinilah ketertarikan Ar-Razi terhadap dunia kedokteran muncul. Meski demikian, ilmu kimia yang telah beliau pelajari selama bertahun-tahun akhirnya menjadi bekal berharga kala menekuni dunia kedokteran ini.

Dalam belajar dunia yang berhubungan dengan dunia kesehatan tersebut, Ar-Razi berguru kepada seorang dokter dan filsuf Ali bin Sahal At-Tabari. Seorang dokter sekaligus guru yang awalnya menganut Yahudi namun kemudian menjadi mualaf.

Selepas menjalani pendidikan, Ar-Razi kemudian mendirikan rumah sakit di kota asalnya, Rayy. Lalu, beberapa waktu kemudian, dokter ini dipercaya mempimpin rumah sakit di Baghdad, Irak.

Ketika itu, banyak kontribusi yang diberikan oleh Ar-Razi terhadap dunia kedokteran. Salah satunya adalah mengenai penanganan penyakit cacar. Ar-Razi berpendapat bahwa cacar terjadi akibat darah terinfeksi oleh sesuatu sehingga ia bisa "mendidih". 

Akibatnya, keluarlah uap yang merupakan perubahan darah muda menjadi darah yang berwana tua. Pada tahapan tersebut, cacar akan menjadi bentuk gelembung sehingga tampak seperti anggur.

Cacar juga tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga orang dewasa. Kontak langsung dengan penderita akan membuat penyakit ini berubah menjadi epidemi. Maka, Ar-Razi menganalogikan penyakit tersebut dengan proses fermentasi anggur. 

Pernyataan ini menjadi salah satu pernyataan akurat yang dipercaya oleh dunia kedokteran barat. Salah satunya yang tercantum dalam Ensiklopedia Britanika.

Penjelasan mengenai penyakit cacar yang sangat lengkap dari Ar-Razi tercantum dalam bukunya berjudul Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak). Buku ini lantas diterjemahkan dalam bahasa latin dan bahasa Eropa lainnya. Keunggulan dari pemikiran Ar-Razi adalah terletak pada pengamatan klinis sesuai prinsip Hippokrates.

Selain berjasa dalam memberikan pengetahuan mengenai penyakit cacar, Ar-Razi juga dikenal serius mengembangkan studi tentang penyakit asma. Beliau merupakan ilmuwan pertama yang mengaitkan antara alergi dengan imunologi sehingga terjadi penyakit asma. Selain itu, beberapa alergi yang menyertai manusia semisal setelah mencium bunga tertentu juga berhasil dikaji oleh dokter ini. 

Puncaknya, Ar-Razilah yang pertama mengemukakan bahwa kala sesorang terinfeksi oleh penyakit tertentu, salah satu bentuk mekanisme tubuh yang dilakukan adalah melalui demam.

Meski dikenal sebagai dokter serba bisa, Ar-Razi berprinsip dokter tidaklah menjadi sebagai sosok manusia super yang bisa mengobati segala penyakit pasien. Inilah yang kemudian dikenal sebagai etika kedokteran. Namu demikian, seorang dokter bagi Ar-Razi haruslah tetap belajar dan mengembangkan diri agar bisa lebih banyak membantu pasien.

Dokter pun tidak bisa disalahkan jika ada sebuah penyakit yang memang tidak disembuhkan seperti kusta dan kanker. Yang terpenting. dokter harus tetap berbuat baik kepada siapapun terlebih kepada orang yang membutuhkan bantuannya. Bahkan, kala ia harus mengobati musuh sekalipun, seorang dokter juga harus tetap menunjukkan kemampuan terbaiknya.

Untuk mendokumentasikan hasil penelitian dan pemikirannya, Ar-Razi menuliskan beberapa buku tentang kedokteran dan kimia. Beberapa buku tersebut antara lain:

Kitab al Asrar, membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.

Liber Experimentorum mengenai  pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.

Imu dan pencarian obat-obatan dari sumber tumbuhan, hewan, dan galian, serta simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.

Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.

Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa, belerang (sulfur), arsenik, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi.

Tak hanya itu, Ar-Razi juga dikenal sangat perhatian terhadap kaum miskin. Tak sepeserpun biaya pengobatan dipungut dari masyarakat miskin yang berobat padanya. Kala mengobati pasien, harapan dan semangat juga Ar-Razi berikan untuk kesembuhan sang pasien. 

Baginya, dokter juga berperan ganda. Selain mengobati secara fisik, juga mengobati secara mental. Inilah yang kadang tidak diperhatikan oleh  dokter-dokter masa kini.

Ar-Razi terus mendedikasikan diri sebagai dokter hingga wafat di usia 62 tahun pada 313 H/925 M. Berkat jasanya, banyak teori kedokteran yang berpijak pada teorinya sehingga dunia ini semakin berkembang hingga sekarang.

Sumber:

(1) (2) (3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun