Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Demit) Resepsi Sekejap

17 Maret 2019   07:34 Diperbarui: 17 Maret 2019   08:22 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Nusntaranews

Masih tak percaya, aku berada di ruang besar ini. Sebuah aula dengan aneka makanan enak dan tata lampu yang mewah. Tamu-tamu undangan pun mulai berdatangan. Kini, aku adalah ratu sehari. 

Berdandan dengan gaun putih nan elok, semua mata tertuju padaku. Nyanyian merdu dari para seniman papan atas yang hadir terus bergelora.

Aku tak pernah sebahagia ini. Apalagi, Reno, suami yang baru saja sah menjadi pendampingku, tak henti-hentinya memandangku dengan penuh suka cita. Ia terus mengulas senyumnya yang kulihat semakin lebar.

"Aku bahagia sakali sayang," ujar Reno.

Aku hanya bisa mengangguk. Kubetulkan kembali beberapa pernik yang ada di baju pengantinku. Aku harus tetap tampil cantik. Aku harus tetap menawan. Paling tidak, mereka tak bisa lagi menganggapku remeh.

Anggapan yang sering tertuju padaku. Gadis yang diambil Reno dari pinggir jalanan di kehidupan malam. Gadis yang sedang butuh belas kasihan dari para berandalan yang sungguh menjijikkan.

"Kau cantik. Sangat cantik," Reno terus berbisik dan merayuku. Tak mudah untuk menaklukkan pria berkharisma ini. Tak mudah pula untuk meyakinkan bahwa akulah  berhak atas dirinya.

Alunan lagu-lagu Melayu yang membahana di gedung mewah bertingkat tiga itu membuatku makin berangan indah. Pernikahan yang akan kujalani bersama Reno bisa membawa kebahagiaan. Aib yang seharusnya terbuka lebar kini berangsur terselimuti aura bahagia. Tak boleh ada seorangpun tahu akan apa yang telah kualami.

Tapi tidak dengan Nikita. Sepupu jauh Reno itu begitu benci padaku. Kulihat ia mengupas apel merah ranum dengan muka masam. Kalau kau memang tak suka padaku, seharusnya kau berkaca diri, Niki. 

Sudahkah perilakumu mencerimkan tabiat keluarga ini? Harusnya kau malu, wanita dari keluarga kaya dan terhormat seperti dirimu bertabiat seperti itu.

Aku masih ingat, betapa kau menolakku habis-habisan saat Reno memperkenalkan diri pada keluargamu. Ketika dia bilang Reno memungutku dari sampah jalanan yang begitu hina bak perempuan demit. Padahal mulut comberanmulah yang benar-benar hina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun