Aku adalah Ratu. Ya, aku yang berhak atas dirimu, Sam. Tak boleh ada wanita lain yang bisa mengambil aura kelaki-lakianmu selain diriku. Tidak juga istrimu.
Aura itu memang seharusnya ada pada genggamanku. Kalaulah istrimu, si Nay, tak menghirup aura itu untuk pertama kalinya, tentu kini aku lebih bahagia.
"Hentikan, May. Cukup!" kau masih mencoba keluar dari bisa yang kuberikan, Sam. Bisa yang semakin terasah berkat luka yang kau goreskan bertahun-tahun.
"Belum, Sam. Ini baru permulaan," kugenggam erat leher pria kekar itu yang tetap berusaha menolak. Kudekap dan kudorong tubuhnya kembali ke ranjang.
Sam masih mencoba menolak dan keluar dari genggaman eratku. Tapi sebuah embusan kuat terus kuberikan ke telingamu.
Badan kekar yang sangat kokoh saat di luar itu kini mulai luruh. Melemas dan mengikuti irama yang kuberikan. Membalas kecupanku dengan aura laki-laki yang begitu kuat segera kau lakukan. Teruskan, Sam. Teruskan.
Kini aku benar-benar jadi Ratu. Mahkota itu kini benar-benar jadi milikku. Hawa panas itu terus kuberikan pada tengkukmu. Aku tahu, kau sangat menyukai itu.
"May... ah...lagi, May!"
Ya, ayo Sam, Sang Raja diraja yang telah kuincar lama. Apa kau masih belum puas juga, Sam? Akan kutambah kenikmatan itu. Kenikmatan semu seperti yang kau berikan pada wanita-wanita itu. Terutama pada istrimu. Wanita perebut kenikmatanku.
Sam semakin tak berdaya dengan kenikmatan yang kuberikan. Seharusnya kau tahu, Sam, gelar ratu penakluk itu kini ada di genggamanku. Bukan lagi di genggaman istrimu atau ibu mertuamu.
Ibu mertuamu yang sudah kepalang basah ketahuan merebut mahkota itu dari ibuku. Andai kau tahu, seharusnya kau tak melakukan ini sebagai kesalahan berantai.