Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gema Ceria dalam Hutan Bergelayut Senja

15 November 2018   13:33 Diperbarui: 15 November 2018   13:40 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Dokumen Pribadi

Erangan mesin minibus itu terdengar getir.

Pak Her, sopir minibus, lalu turun dan mengecek mesin. Air radiatornya ternyata panas. Petaka yang kutakutkan benar-benar terjadi. Menyadari hal ini, beberapa orang di dalam rombongan mulai panik karena senja pekat mulai menggelayut.

"Kukira kita akan bermalam di sini. Lihat, minibus tua ini tak bisa lagi berjalan. Kau harus segera ambil tindakan!" seru Pak Her sambil mencoba mengutak-atik mesin.

Aku menghela nafas. Berpikir sejenak dan mencoba tenang, kuraih ponsel yang menjadi tulang punggungku. Astaga, energinya hanya tersisa 27%. Ah, kebodohan apalagi yang sudah kubuat?

Kucoba hubungi penginapan terdekat. Mereka baru bisa menjemput kami sekitar 2 jam lebih. Kuminta bantuan lain. Penjaga hutan yang rumahnya telah kami lewati hanya bisa menjemput kami dengan motor dalam waktu 30 menit.

Mungkin inilah saat Tuhan sedang menyayangiku. Aku mencoba berpikir positif. Namun, kala kembali ke minibus, aku kaget saat ada salah satu rombongan yang tak ada di sana. Bangkunya nihil dan hanya menyisakan peralatan tempurnya yang lengkap.

"Mana Sir Fred?"

Anggota lain hanya bisa bertatapan. Aku yakin, di pikiran mereka sekarang hanya ada kata menyelematkan diri. Bukan orang lain.

"Mungkin ia sedang buang air di semak-semak. Dan kapan kita akan kembali?" tanya Lukman, seorang ayah muda yang datang beserta istri dan seorang anak laki-lakinya.

"Aku tak tahu. Aku sedang meminta bantuan."

Ia lalu mendekatiku dan tiba-tiba menarik kerah bajuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun