Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kisah "SafeMotors", Pendobrak Era Kelam Transportasi Afrika

8 November 2018   10:46 Diperbarui: 8 November 2018   11:12 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - https://www.nationalgeographic.com

Membaca kisah perjalanan Bang Erickson Ginting dalam bukunya yang bertajuk This is Africa membuat saya selalu merasa ngeri.

Gambaran Afrika yang chaos dengan aneka tipu daya serta berbagai konflik yang mendera segera saja terbayang. Benua hitam seakan black hole bagi siapa saja yang ditakdirkan lahir, hidup dan mati di sana. Menyusuri jalanan yang tak aman menjadi uji nyali tersendiri bagi siapa saja yang berniat menjelajah jengkal demi jengkal benua tempat bersemayamnya Gunung Kilimanjaro ini.

Selain masalah perang, konflik politik, kelaparan, bencana alam, dan wabah penyakit, Afrika juga memiliki masalah utama yang tak kalah pelik, transportasi. Masalah yang menjadi hajat hidup orang banyak ini menjadi runyam kala moda yang mendukung tak bisa menyediakan keperluan tersebut dengan baik. Dan, Afrika merupakan salah satu wilayah terparah jika berbicara masalah transportasi di Afrika.

Sama halnya dengan beberapa wilayah Asia, Afrika juga memiliki masalah dengan transportasi umum. Dalam buku This is Africa, sang penulis menceritakan seringkali mendapat zonk berupa harga tiket bus atau kereta yang tidak semestinya hingga harus berputar mengelilingi suatu tempat akibat sopir taksi yang nakal.

Transportasi umum seperti minibus akhirnya tidak bisa menjadi andalan. Penuh sesak dan lambat, pengguna transportasi umum di Afrika harus memiliki kesabaran ekstra kala menaiki berbagai moda transportasi umum tersebut. Pun demikian dengan jasa ojek yang bisa dikatakan jauh dari kata aman. Pengemudi yang ugal-ugalan dan ditambah dengan bentang alam Afrika yang berbukit-bukit, membuat kasus kecelakaan penggunaan transportasi umum sering terjadi. Terutama, ojek motor.

Berawal dari sebuah kecelakaan yang menimpanya kala menaiki ojek motor, dua orang pemuda bernama Barreth Nash dan Peter Kariuki pun memulai start up yang mirip dengan Uber, Gojek, dan Grab bernama Safe Motors. Kala itu, motor yang mereka tumpangi mengalami celaka akibat sebuah truk di depannya yang berjalan mundur. Terlontar dari motor, Kariku harus mengalami patah lutut, gigi tanggal, dan bibir yang pecah.

Nash dan Kariuki, pendiri SafeMotors. - https://3blmedia.com
Nash dan Kariuki, pendiri SafeMotors. - https://3blmedia.com
Dengan pengalaman pahit semacam itu, mereka sadar bahwa Afrika, terutama negara yang mereka tinggali, Rwanda, harus memiliki moda transportasi yang bisa diandalkan. Moda transportasi yang bisa dijangkau dengan banyak orang dengan mudah dan aman. Ojek motor pun menjadi pilihan. Moda transportasi ini dianggap mampu memecahkan masalah kemacetan transportasi karena mampu meliuk-liuk di gang-gang sempit.

Mereka pun memulai start up ini di tahun 2015 selepas keluar dari pekerjaan masing-masing. Dengan modal awal sekitar 1,7 miliar rupiah, mereka pun mulai melakukan launching aplikasi layaknya ojek daring pada umumnya. Bermitra dengan pengemudi ojek lokal, hingga kini telah lebih dari 400 pengojek berlisensi di Kigali, ibukota Rwanda yang bergabung dengan Safe Motors.

Walau berbasis digital dan cukup mudah untuk digunakan, bukan berarti masalah bisa segera diselesaikan. Jurang digital yang begitu menganga menjadi masalah pelik yang dialami oleh rintisan-rintisan semacam SafeMotors ini. Dibandingkan dengan wilayah benua lain semisal Eropa, Amerika, dan Asia, tentu tingkat melek internet di benua hitam ini sangat rendah. Data yang dihimpun dari berbagai sumber pada 2016, rata-rata, hanya sekitar 22% penetrasi internet dari total populasi Afrika.

Itupun, disparitas yang cukup nyata sangat terlihat antara wilayah Afrika Utara yang maju dengan daerah Sub Sahara yang terbelakang. Maroko, dengan tingkat pengguna internet sebesar 57% merupakan negara di Afrika dengan tingkat melek internet paling tinggi. Sementara, Rwanda, negara tempat awal mula diluncurkannya SafeMotors hanya memiliki tingkat pengguna internet di bawah rata-rata penduduk Afrika yakni sebesar 18%.

Namun, kedua pendiri start up ini memiliki mimpi yang besar. Bagaimana Afrika bisa maju paling tidak sama dengan Asia. Kalau bangsa-bangsa di Asia bisa maju, kenapa mereka tidak? Toh, dahulu pernah tercetus ide mengenai kemajuan Asia Afrika yang tergambar dalam Dasasila Bandung KAA 1955.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun