Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sulitnya Mengatur Lalu Lintas Gerbang Sekolah

27 September 2018   10:14 Diperbarui: 27 September 2018   11:23 2832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.- Dokumen Pribadi

Sayangnya, imbauan ini belum bisa berjalan dengan maksimal. Masih ada saja wali murid yang masih berada di depan pagar sekolah hampir satu jam setelah mengantarkan putranya. Entah dengan tujuan apa, hingga pelajaran pertama selesai dibunyikan dan masuk ke jam pelajaran kedua, jejeran motor wali murid masih tampak memenuhi area depan gerbang sekolah.

Selain mengganggu jalannya pembelajaran, tentu hal ini tidaklah baik. Apalagi, siswa yang sedang mengikuti pelajaran olahraga di lapangan akan mengetahui ayah atau ibunya masih berada di sekolah. Mereka tidak akan bisa mandiri karena merasa ditunggui oleh orang tuanya. Walau kelihatan sepele, perilaku semacam ini sebenarnya harus diperhatikan.

Beberapa sekolah memang menyediakan area drop zone yang dikhususkan bagi wali murid yang akan mengantar atau menjemput putranya. Keberadaan drop zone ini diharapkan dapat mengurai kemacetan yang berada di depan pintu gerbang sekolah. Selain memberikan kenyamanan wali murid, adanya drop zone dapat digunakan oleh siswa ketika mencari ayah/ibu atau penjemputnya ketika pulang sekolah. Mereka tak akan bingung jika bel pulang sekolah telah berbunyi. 

Selama ini, kebingungan siswa dalam mencari penjemputnya juga turut menambah waktu para penjemput berada di area gerbang sekolah. Akibatnya, bisa dipastikan kemacetan pun terjadi.

Sayangnya, tak semua sekolah memiliki area yang luas dan dana yang cukup untuk membangun drop zone ini. Pembangunan drop zone juga belum tentu membuat masalah kemacetan di depan gerbang sekolah bisa diurai. Salah satu contohnya terjadi di sebuah komplek sekolah di Malang. 

Komplek sekolah yang terdiri dari satuan pendidikan TK hingga SMA itu hampir membuat kemacetan di jalan poros utama Kota Malang. Penyebabnya, tak lain hampir semua wali murid menggunakan roda empat yang banyak memakan badan jalan. Padahal, pihak sekolah sudah memberikan sosialisasi dan himbauan kepada wali murid agar menggunakan kendaraan roda dua saja.

Benteng terakhir dalam mengatur lalu lintas gerbang sekolah berada pada petugas keamanan sekolah. Di tangannyalah, kelancaran lalu lintas area merah tersebut berada. Pada sekolah yang memiliki petugas keamanan sekolah yang cukup, akan ada pembagian tugas ketika jam pulang sekolah berlangsung. Ada yang bertugas menyeberangkan jalan dan ada pula yang mengatur pintu masuk serta memberi teguran bagi wali murid yang membandel tetap di tengah jalan masuk gerbang sekolah.

Lagi-lagi, tak semua sekolah memiliki petugas keamanan sekolah yang mumpuni. Seperti yang terjadi di sekolah saya yang hanya memiliki satu petugas keamanan. Setiap hari, ia harus melayani sekitar 600 siswa yang keluar masuk gerbang sekolah. 

Beberapa kali, sempat terjadi insiden berupa tertabraknya salah seorang siswa oleh kendaraan wali murid. Ia tak bisa maksimal berkonsentrasi untuk melakukan penjagaan lalu lintas kala bel pulang sekolah usai.

Ada usaha memang untuk mengikutsertakan guru olahraga yang sudah tak mengajar dalam kegiatan tersebut. Namun, usaha ini belumlah maksimal karena guru olahraga tersbebut tentunya memiliki jadwal penting saat jam pelajaran usai, semisal melatih siswa atau acara kedinasan.

Masalah lalu lintas gerbang sekolah ini seyogyanya juga perlu dicarikan solusi. Keamanan sekolah menjadi hal penting karena banyak sekali kasus penculikan anak dimulai dari tidak ketatnya keamanan di depan pintu gerbang sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun