Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Pak Harto Mesem, Teror Ninja, dan Memori Generasi 90-an

21 Mei 2018   03:00 Diperbarui: 21 Mei 2018   15:04 5028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan ke Museum Brawijaya Malang yang dilakukan oleh siswa-siswi di SD saya. Museum ini cukup banyak menyimpan koleksi masa berdirinya Orde Baru. Tampak foto-foto para tapol PKI hasil Operasi Trisula di Blitar Selatan, sekitar tahun 1966. Bagi guru Milenial, menjelaskan orde baru dan segala hal di dalamnya bukanlah perkara mudah. - Dokumen Pribadi.
Kunjungan ke Museum Brawijaya Malang yang dilakukan oleh siswa-siswi di SD saya. Museum ini cukup banyak menyimpan koleksi masa berdirinya Orde Baru. Tampak foto-foto para tapol PKI hasil Operasi Trisula di Blitar Selatan, sekitar tahun 1966. Bagi guru Milenial, menjelaskan orde baru dan segala hal di dalamnya bukanlah perkara mudah. - Dokumen Pribadi.
Malam-malam yang Mencekam

Setelah awal krisis, kondisi semakin kacau. Malam-malam di Bulan September 1998 adalah malam paling tidak bisa saya lupakan hingga saat ini. Setiap malam, ayah saya menghunus pisau belati yang baru dibelinya dari pasar karena geger ninja ini.Sebelum bergabung dengan warga lain yang semalaman begadang, beliau menutup semua pintu rumah dengan rapat terutama pintu kamar utama. Saya tidur beserta ibu dan adik saya yang masih sangat kecil. Di tengah malam, saya sering terbangun. Mendegar langkah orang-orang kampung yang mencoba mengejar entah siapa itu.

Kata orang, mereka sedang mengejar sesosok Ninja yang mencoba menganiaya dan membunuh para ulama. Kyai, ustad, dan guru ngaji adalah orang-orang yang katanya menjadi target utama selain para dukun santet. Ada dua macam bentuk persekusi dalam Tragedi Ninja 1998 ini. Persekusi pertama adalah penganiayaan sedang hingga berat biasanya berupa pemukulan. 

Korban dari penganiayaan ini menurut cerita ditandai dengan tanda panah berwarna kuning di sekitar rumah korban. Biasanya, tanda itu tergambar di tembok atau tiang listrik. Persekusi kedua adalah dalam bentuk pembunuhan keji. Korban dari bentuk persekusi ini adalah tanda panah berwana merah. Jika ada tanda kuning atau merah di tembok rumah dari calon korban, maka sang korban harus bersiap. Dan, sebuah tanda panah merah cukup besar tergambar di tembok depan rumah guru ngaji saya.

Selama masa teror itu, banyak desas-desus yang beredar. Ada isu yang mengatakan bahwa para ninja sebenarnya adalah aparat keamanan yang tak ingin rezim orde baru runtuh.

Ada pula yang mengatakan bahwa mereka mencari para pemilik ilmu santet yang entah maksudnya membuat huru-hara semacam itu. Radiogram Bupati Banyuwangi kala itu yang bermaksud mendata orang-orang yang dipercaya memiliki kelebihan tersebut menjadi pemicunya. 

Dengan cepat, satu per satu korban berjatuhan bukan hanya dari orang yang dianggap sebagai dukun namun juga para ulama. Korban terbanyak memang berasal dari daerah Tapal Kuda (Banyuwangi, Situbondo, Jember, dll).

Namun, kegaduhan Ninja ini meluas hingga ke daerah Jawa Timur lainnya. Antara percaya dan tak percaya, sang ninja yang konon akan hilang kekebalannya jika dipukul dengan bambu kuning ini semakin meresahkan.

Hingga di akhir tahun tersebut, teror Ninja pun berakhir dengan sendirinya. Sampai saat ini, kasus pembantaian massal tersebut belum jelas ujung pangkalnya.

Pak Harto yang Tak Lagi Mesem

Teror Ninja adalah hal yang paling saya ingat ketika mengenang peristiwa yang terjadi  20 tahun lalu. Teror yang masih berkaitan dengan peristiwa bersejarah pada hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun