Mohon tunggu...
Ikmal Trianto
Ikmal Trianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah mahasiswa setengah pekerja

Tukang nulis amatiran

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyadari Kecanduan pada Gadget dan Media Sosial

1 Desember 2022   19:03 Diperbarui: 1 Desember 2022   19:09 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: limadetik.com

Pernahkah terpikirkan oleh Anda untuk jeda sejenak dari media sosial? Atau justru Anda sudah melakukan itu dengan pola yang sistematis, sehingga bisa menggunakan media sosial dengan bijak dan bukan hanya sebatas mengisi kegiatan di waktu luang atau menjadi aktivitas yang justru menghabiskan banyak waktu dengan scrolling informasi sampai habis dan mengklik link tautan yang terhubungkan pada informasi lainnya.

 Bisa jadi juga kita hanya terpikirkan sepintas untuk berhenti dari media sosial, tetapi tidak bisa melepaskan karena sudah menjadi candu.

Selain menjadi platform berjejaring, media sosial dimanfaatkan juga menjadi entertain, sebagian orang lainnya bahkan memanfaatkan media sosial ini menjadi tempat berbisnis yang praktis. Media sosial yang menarik perhatian awal adalah Yahoo Messenger, kemudian ramai-ramai beralih menggunakan Friendster, Facebook, Twitter, Instagram, Path, Snapgram hingga sekarang Tiktok dan masih banyak lainnya. Media-media sosial tersebut memiliki penggemarnya tersendiri, sehingga orang-orang kerap tak bisa terlepas pada kesehariannya untuk tidak ketinggalan update yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan cepat pada platform sosial tersebut.

Penggunaan media sosial berpengaruh pada sistem tubuh kita, salah satunya pada hormon manusia. Otak kita memproduksi dua jenis hormon kebahagiaan yang disebut hormon dopamin dan oksitosin. Hormon dopamin memiliki kecenderungan untuk memberikan rasa kenikmatan kepada manusia. Hal tersebut dapat membuat manusia selalu mencari sumber kenikmatan itu. Hormon dopamin diproduksi ketika kita menerima hal positif dan menyenangkan, salahsatunya ketika banyak orang yang memberikan like pada konten yang kita buat dan hal menyenangkan lainnya. 

Hormon oksitosin disebut juga hormon kasih sayang dan muncul ketika manusia menerima rangsangan tertentu, seperti pelukan atau ciuman. Namun menurut TollFreeForwading menggunakan Twitter selama sepuluh menit dapat memicu meningkatnya hormon oksitosin hingga 13%. Hormon ini dapat membantu mengurangi stres dan menimbulkan percaya diri akibat menggunakan media sosial dengan catatan jika kita mendapati hal-hal tentunya menimbulkan perasaan menyenangkan bagi diri kita.

Untuk menghasilkan hormon-hormon tersebut sebetulnya tidak hanya ditimbulkan dari aktivitas yang menyenangkan melalui penggunaan media sosial, kegiatan outdoor seperti berolahraga, mengobrol dengan teman serta melakukan kegiatan yang kita sukai adalah serangkaian untuk meningkatkan hormon kebahagiaan dalam tubuh. Di lain sisi, banyak yang menyadari bahwa media sosial pun dapat menimbulkan hal buruk seperti kecanduan. Dalam beberapa kasus, kecanduan terhadap media sosial bisa memicu psikosis. Psikosis merupakan penyakit mental yang menyebabkan gangguan untuk membedakan imajinasi dengan realita. 

Gangguan psikosis ditandai dengan munculnya halusinasi dan waham atau delusi. Namun, terkadang realitas yang terjadi pada keseharian kita tidak lebih disukai dibandingkan interaksi yang terjadi di dunia virtual. Untuk itu banyak yang lebih menyukai untuk menghabiskan waktunya dengan media sosial.

Media sosial tidak bisa dipisahkan dengan keseharian kita, seakan-akan kita hidup untuk media sosial dan memang media sosial itu diciptakan untuk mempermudah hidup kita. Tapi banyak yang harus diperhatikan ketika kita berselancar di media sosial dan dampaknya. Dalam satu kasus sering terjadi down server pada beberapa media sosial, kala itu tanpa kita sadari muncul gejala kecemasan pada diri kita. Kita seolah-olah dibuat panik seperti halnya ini merupakan sebuah bencana alam yang cukup besar. 

Lantas, timbul pertanyaan: Bagaimana jadinya jika tidak ada lagi internet dalam hidup kita ini? Tentu hal itu akan sangat meresahkan umat manusia. Selayaknya kita harus kembali pada hakikat kita sebagai makhluk sosial yang memungkinkan kegiatan interaksi dapat dilakukan tanpa media sosial dan itu menyenangkan. Jarak yang menjadi pemisah bukan lagi bentuk ketergantungan pada konektivitas saja. Meskipun kehadiran media sosial difungsikan untuk memisahkan jarak itu, namun tidak mesti menimbulkan kecanduan.

Kita akan selalu menemukan dimanapun orang-orang asik dengan gadget berikut dengan fitur di dalamnya, meskipun hal yang dilakukan kala itu tidak membuat asik. Namun mereka ingin terlihat sedang berfokus dan menikmati waktunya untuk men-scrolling layar gadget mereka. Bentuk kecanduan yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial serta gadget seringkali menjadi pemicu konsentrasi kita dan bukan tidak mungkin akan menimbulkan kerusakan fungsi otak jika digunakan secara berlebihan serta menimbulkan gejala psikosis yang disebutkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun