Mohon tunggu...
M. Ikmal Amri Ikhsan
M. Ikmal Amri Ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ingin menulis artikel opini

Penggunaan untuk mengupload artikel opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghilangnya Permainan Tradisional Akibat Game Online yang Berkembang Pesat di Kalangan Remaja

18 Juni 2021   09:38 Diperbarui: 18 Juni 2021   09:46 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

M. Ikmal Amri Ikhsan

Mahasiswa Sosiologi FISIP UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) 2020

Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan teknologi dan informasi begitu pesat. Perkembangan teknologi tersebut tidak hanya terjadi di bidang ilmu pengetahuan saja dimana banyaknya diciptakan alat-alat canggih yang dipergunakan untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun perkembangan teknologi pun mulai memasuki dunia permainan anak-anak seperti Play Station, Game Online, Game Handphone, dan permainan digital lainnya.

Permainan-permainan seperti itu adalah permainan yang modern karena membutuhkan peralatan yang canggih dengan menggunakan teknologi yang canggih. Modern pada permainan digital tidak hanya melekat pada peralatan yang digunakan saat bermain, namun juga dalam cara memainkannya. Permainan digital memerlukan peralatan seperti game  Play Station, game online yang membutuhkan media komputer dan jaringan internet, permainan dalam handphone dan alat-alat permainan yang ada di pusat keramaian seperti mall.

Hal ini bertolak belakang dengan permainan tradisional yang terkadang tidak membutuhkan peralatan, dan kalaupun membutuhkan peralatan yang digunakan hanyalah peralatan yang sederhna yang mudah ditemukan anak-anak saat bermain di lapangan seperti batu, ranting kayu, atau pun benda lainnya. Semakin maju dan serba teknologi kehidupan manusia, maka semakin banyak diabaikan aktivitas yang bersifat “manual” (permainan tradisional) dan berganti menjadi “otomatik” (Otomatis)  

Jumlah gamer di Indonesia menurut Ferdinandus Setu,Plt. Kepala Biro Humas Kominfo kepada Okezone, “ada sekitar 142 juta pengguna internet di Indonesia, di mana 30 juta anak milenial aktif bermain game setiap harinya”. Kata Ferdinandus Setu. Ada juga sedikit cerita dari Dr. Siste beliau adalah seorang pakar adikasi yang juga Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). “Ada dua orang anak yang ingin di-DO (Drop Out) karena mereka kecanduan game online dan bermain bisa sampai jam 1-2 pagi, dan tidak mau mandi”.

Melihat data dan cerita diatas betapa sedih dan miris kami melihat para pemuda generasi penerus bangsa pada usia muda saja seperti ini, dari tahun ke tahun pasti akan semakin bertambah korbannya. Pemerintah Indonesia harus memiliki kebijakan untuk mengantisipasi dampak dari game online  tersebut demi melindungi bangsa dan para pemuda di masa depan.

Peran masyarakat dan orang tua juga sangat penting karena seorang anak menyesuaikan diri sesuai dengan yang ada di lingkungan sekitar, melakukan sosialisasi oleh pemerintah tentang bahayanya bermain hp atau game online secara berlebihan. Dengan adanya sosialisasi tersebut semoga bisa meminimalisir penggunaan handphone dan para pemuda Indonesia bisa menyibukkan diri dengan hal yang lebih positif dan bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun