Sedangkan relief cerita-cerita yang dipahatkan pada sisi dalam pagar langkan (lorong pada bagian tubuh candi) dibaca sebaliknya, yaitu dari kiri ke kanan. Semua cerita diawali dari gapura sebelah timur.
Konon, melalui langkan-langkan yang mengitari bagian tubuh candi inilah umat Budha dibimbing untuk mendalami ajaran Sang Budha melalui relief yang dipahat pada dinding candi.
Relief-relief Borobudur seperti relief alat musik mungkin digunakan sebagai alat bantu pengajaran oleh biksu-biksuni Budha.
Panil-panil relief di candi Borobudur apabila dibentangkan dalam satu garis lurus dapat menjadi pameran lukisan terpanjang di dunia, karena panjangnya tidak kurang dari 3 kilometer. Wow That's Fantastic!
Dari fakta-fakta relief alat musik Candi Borobudur yang terabadikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kehidupan peradaban manusia abad X tidak dapat terlepas dari hiburan, seperti kemeriahan seni pertunjukan/orkestra dengan berbagai instrumen musik pendukungnya.
2. Alat-alat musik petik, tiup, pukul/ketok, gesek, tekan/pompa dan kulit telah digunakan masyarakat pada saat itu untuk keperluan pertunjukan seni maupun upacara, khususnya yang berlangsung di Candi Borobudur.
3. Musik dan instrumennya sebagai hasil karya manusia tidak dapat dilepaskan dari latar belakang budaya masyarakat pada saat itu (abad X).
4. Borobudur Pusat Musik Dunia, pusat seni dan pusat bertemunya peralatan musik atau instrumen seluruh dunia. Jadi tidak mengherankan jika kita mengistilahkan; "Sound of Borobudur, sound of the world"
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang pernah hadir melihat langsung Sound of Borobudur mengatakan, "Sound of Borobudur sebenarnya reinventing (penemuan kembali) yang dahsyat, dimana sejumlah musisi melakukan riset mengeksplor alat musik yang ada di relief Borobudur, kemudian di replika dan dibunyikan".
"Jadi menurut saya, ini adalah kesuksesan penemuan kembali peralatan musik yang ada di relief Borobudur dan menunjukkan bahwa Candi ini adalah peradaban yang luar biasa ataupun pusat peradaban yang sebenarnya," pungkasnya.