Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kesadaran Milenial Lewat Film Emak Ingin Naik Haji

29 Agustus 2020   12:05 Diperbarui: 29 Agustus 2020   12:03 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai rekan-rekan Kompasianer, sudah pernah nonton film Emak Ingin Naik Haji? Jika sudah berarti pilihan anda tidak salah, karena film ini berkualitas dan mendatangkan banyak pesan, makna dan perenungan yang dalam akan makna kehidupan dan ibadah haji.

Film Emak Ingin Naik Haji (EINH) adalah sebuah film drama religi  dari Mizan Production yang mengangkat berbagai semangat dan nilai kehidupan yang begitu indah dan mendalam, yakni kegigihan, ketulusan, pengorbanan, kasih sayang, amal saleh, semangat berbagi dan berserah diri.

Sangat cocok ditonton hingga sekarang yang mana semangat dan nilai-nilai dalam film tersebut sudah mulai luntur dan hilang terutama dalam diri para generasi muda milenial. Ketika keserakahan dan egoisme tumbuh sumbur, saya sebagai penulis mencermati bahwa semangat dan nilai-nilai yang disebutkan di atas dapat dibangkitkan kembali dalam diri para generasi muda millennial melalui film ini. Saya pikir memasukkan semangat dan nilai-nilai kehidupan lewat hiburan (film/sinetron) tentu lebih digemari dan mudah diikuti oleh generasi milenial sekarang.

Film EINH yang diangkat dari sebuah Cerpen karya Asma Nadia mengisahkan tentang Emak dan perjuangan keluarga dalam mewujudkan impian, sebuah impian ke tanah suci. Perjuangan tersebut dilengkapi dengan semangat dan nilai-nilai luhur yang teraktualisasi dalam sikap sehari-hari.

Emak , seorang wanita paruh baya yang menjadi tokoh sentral di EINH. Diperankan oleh Aty Kanser diceritakan memiliki impian mulia yang sudah lama dipendamnya, yaitu pergi ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Padahal  Emak hanyalh seorang penjual kue kecil yang hidupnya bergantung pada hasil jualan di pasar atau pesanan orang.

Meski sadar akan keadaan dirinya yang serba pas-pasan, Emak tidak patah semangat. Setiap hari meski hanya sangat sedikit, Emak selalu menyisihkan hasil jualannya untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Tak ada rasa malu apalagi frustasi, melainkan penuh kesabaran dan ketulusan, Emak teguh menjalani niatnya.

Zein yang diperankan Reza Rahadian, putra Emak begitu terharu melihat kegigihan ibunya. Sesungguhnya ia pun ingin betul mewujudkan mimpi Emak. Sayangnya, Zein yang hanya berprofesi sebagai penjual lukisan keliling juga penuh keterbatasan. Ditambah lagi ia masih harus menyelesaikan berbagai masalah yang didapatnya dari perkawinan yang gagal.

"Bagaimana ya nak? Emak ingin sekali naik haji, mungkin tidak?" Tanya Emak pada putranya di suatu hari.

"Mengapa tidak mungkin! Jangan khawatir mak, Allah selalu akan menolong hamba-Nya yang bekerja keras, berdoa dan berserah diri." Balas Zein kepada Emak yang begitu dicintainya seraya tersenyum.

Di tempat shalat, Emak baru saja menyelesaikan shalat malamnya. Emak pun berdoa dengan khusyuk dan khusus, "Ya Allah, berikanlah kepada saya kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Jangan jadikan saya sebagai hamba yang lemah dan bodoh. Berikanlah saya semangat untuk bekerja keras demi menuju rumah-Mu Baitullah. Kepada-Mu saya pasrahkan, ya Allah...Amien."

Cover film EINH (www.brilio.net)
Cover film EINH (www.brilio.net)
Yang jadi ironi, sementara Emak berdoa melihat Mekkah ibarat pungguk merindukan bulan, justru tetangga sebelah rumahnya yang kaya raya, H.Saun alias juragan haji (diperankan Didi Petet) dan sang istri Hj. Markonah (diperankan Niniek L.Karim) dapat dengan mudahnya pulang-pergi ke Mekkah tiap tahun. Disamping itu ada pula tokoh Pak Joko yang diceritakan memaksa diri berangkat haji karena kepentingan politik semata.

Ya itulah EINH yang lebih jauh memang menyoroti realita seluk-beluk pelaksanaan ibadah haji di Indonesia. Emak adalah representasi/perwakilan dari kelompok masyarakat menengah ke bawah yang memiliki keinginan/kerinduan mendalam kepada Tuhan, namun tidak dapat mewujudkan harapannya karena terbentur persoalan finansial. Namun di sisi lain, para orang kaya yang hanya bermodalkan uang, selalu mendapat berbagai kemudahan termasuk dalam urusan menunaikan rukun agama. Seakan-akan uang menjadi takaran atau tolak ukurnya. Sehingga tidak jarang  di tengah masyarakat munculnya statemen bahwa haji dapat diurus dan dipercepat bagi kalangan yang berduit.

Lalu masih adakah jalan bagi orang-orang miskin seperti Emak untuk beribadah haji ke tanah suci? Haruskah orang-orang seperti Emak memilih bersabar dan pasrah serta menyisihkan uang sedikit demi sedikit agar dapat melaksanakan ibadah haji? Tentu Emak membutuhkan waktu yang sangat lama, sedangkan usia Emak sudah tidak muda lagi.

Itulah Emak, tidak ada persiapan apapun yang dilakukannya sejak dini/muda untuk mewujudkan impiannya di usia yang tak lagi muda. Keinginannya pergi haji baru muncul saat ia sudah tua. Figur Emak dalam film EINH mewakili emak-emak yang lain di Indonesia yang juga memiliki keinginan yang sama saat usia sudah beranjak tua.

Hal ini menjadi suatu pembelajaran buat pemerintah dan generasi muda masa kini/milenial. Buat Pemerintah melalui Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dapat membantu rakyat menengah ke bawah seperti Emak agar dapat menunaikan ibadah haji dengan mudah dan cepat. Bisa dengan pemberian subsidi haji atau sejenisnya.  Sekaligus hal ini dapat membantah statemen masyarakat yang disebutkan di atas.

Buat generasi milenial yang mana cenderung tidak ada niatan untuk pergi Haji Muda sehingga tidak terdorong untuk menabung sejak dini. Gaya hidup bebas, serba cepat dan instan, gadget yang selalu digenggaman, cenderung egois dan konsumtif, lebih suka menghabiskan uang dibanding menabung/investasi serta mandiri telah melingkupi banyak generasi milenial. Sehingga jangan heran jika mereka tidak memprioritaskan untuk pergi Haji Muda.

Terlepas dari itu semua (perangai generasi milenial), harapan kita tentunya generasi ini dapat lebih arif, bijak dan memiliki pandangan hidup jauh ke depan seperti punya keinginan besar untuk menabung/berinvestasi. Ini menjadi pekerjaan rumah yang penting bagi semua pihak khusunya orang tua/keluarga dan yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah haji seperti BPKH, Danamon Syariah termasuk masyarakat sendiri, untuk menyadarkan para generasi milenial sehingga mereka menjadi rela untuk mengorbankan sebagian besar pendapatan mereka untuk disetor ke rekening Tabungan Haji Danamon Syariah.

Acara Webinar Danamon Syariah (26/08/2020) pukul 16.00 -- 17.00 WIB Danamon Syariah Dukung Program Haji Muda BPKH dengan bantu milenial rencanakan keuangan haji (https://gomuslim.co.id/).
Acara Webinar Danamon Syariah (26/08/2020) pukul 16.00 -- 17.00 WIB Danamon Syariah Dukung Program Haji Muda BPKH dengan bantu milenial rencanakan keuangan haji (https://gomuslim.co.id/).
Tabungan Haji Danamon Syariah adalah tabungan rencana menggunakan prinsip Syariah bagi hasil (Mudharabah) dalam mata uang Rupiah yang disediakan khusus untuk mewujudkan keinginan niat suci menunaikan ibadah Haji. Melalui program tabungan ini, nasabah baru khususnya milenial dapat membuka rekening/mendaftarkan diri dengan setoran rutin bulanan Rp. 600.000 atau Rp. 20.000/hari, gratis semua biaya administrasi bulanan, biaya gagal debit dan biaya penutupan rekening sebelum jatuh tempo.

Nasabah juga bebas menentukan sendiri jangka waktu menabung dan jumlah setoran rutin bulanan, lalu gratis pertanggungan asuransi syariah (selama nasabah melakukan setoran rutin bulanan) sampai dengan Rp 200 juta dan nasabah akan mendapatkan notifikasi jika dana telah mencukupi untuk mendaftar haji. Untuk itu memberikan sosialisasi/edukasi sebagai bentuk penyadaran kepada masyarakat khususngya kaum milenial tentang perhajian sangat penting dilakukan, misalkan soal pendaftaran haji, panjang atau lamanya daftar tunggu (waiting list) bagi calon jamaah haji hingga transparansi pengelolaan dana haji. Soal daftar tunggu cukup penting diberitahukan kepada generasi milenial, karena harus diakui memang saat ini, di Indonesia, rata-rata masa tunggu calon jemaah haji mencapai 20 tahun. Jadi generasi milenial harus segera membuka rekening tabungan haji dari sekarang karena berangkatnya bisa sampai 10, 15 atau 20 tahun yang akan datang. Makin cepat membuka rekening makin cepat masuk ke daftar tunggu kuota haji. Jangan sampai seperti Emak di film EINH, keburu tua baru kepikiran untuk nabung pergi haji. Apalagi dengan kondisi finansial yang terbatas. Jadi film EINH yang diputar di akhir tahun 2009 itu juga perlu disosialisasikan kembali kepada generasi milenial 2020 dan seterusnya.

Ayo Haji Muda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun