Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Konflik HRD vs User: Kolaborasi Kuncinya

13 Juni 2025   12:11 Diperbarui: 13 Juni 2025   12:11 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi interview user. (Pexels)

"Orangnya kok kayak nggak nyambung, ya?"
"Padahal CV-nya oke banget, loh."
"HRD sih yang pilih, bukan aku!"

Kalimat-kalimat semacam ini sering terlontar di ruang-ruang kerja setelah satu-dua minggu seorang karyawan baru bergabung. Rekrutmen yang awalnya penuh harapan justru menimbulkan kebingungan. Lalu pertanyaan pun muncul: siapa sebenarnya yang paling tahu kebutuhan tim? HRD atau user?

Dalam dunia kerja yang kian dinamis, proses rekrutmen tak lagi sekadar menambal kekosongan posisi. Lebih dari itu, proses ini menyangkut masa depan tim, efektivitas kerja, dan bahkan kultur organisasi.

Tapi sayangnya, sering kali terjadi tarik-menarik antara dua pihak yang semestinya bisa saling melengkapi: HRD dan user. Perseteruan diam-diam ini, jika dibiarkan, justru bisa merugikan perusahaan secara jangka panjang.

Dalam skenario ideal, HRD dan user bekerja seirama. Namun pada kenyataannya, masing-masing memiliki kepentingan, tekanan, dan persepsi berbeda.

HRD atau Human Resource Development bertugas menyaring kandidat sesuai standar perusahaan dan memastikan semua proses sesuai hukum dan etika.

Sementara user---biasanya pimpinan divisi atau manajer langsung---memiliki kebutuhan spesifik terkait karakter dan kompetensi calon anggota tim.

HRD vs user bukan sekadar pertarungan ego, melainkan dinamika kompleks yang bisa menyebabkan kesalahan serius dalam rekrutmen.

Contoh pertama: HRD salah merekrut karena tidak memahami kebutuhan tim secara rinci. Misalnya, memilih kandidat yang kuat di teori tapi lemah dalam komunikasi, padahal posisi yang dibutuhkan membutuhkan interaksi intens dengan klien.

Di sisi lain, user pun bisa salah ketika tidak memiliki definisi yang jelas terhadap kebutuhan tim. Terlalu terburu-buru meminta HRD "isi posisi ini secepatnya" tanpa menyusun job description yang matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun