Idul Adha datang lagi! Saatnya umat Muslim bersiap menyambut hari raya penuh berkah dengan menyembelih hewan kurban.
Tapi, jangan salah, di balik kemeriahannya, ada drama "mini" yang kerap menghantui: memilih hewan kurban.
Prosesnya ibarat mencari jodoh---harus teliti, sabar, dan kadang perlu keberanian menolak sapi yang terlalu sering melirik kita.
"Susah-susah gampang," kata orang. Kenapa? Yuk, kita kupas dengan santai, tapi tetap profesional (dan sedikit bercanda).Â
Pertama, bayangkan Anda masuk "pameran sapi" menjelang Idul Adha. Penjual ramai menawarkan hewan, dari yang gemuk mengkilap sampai yang kurus mirip model runway (tapi bukan untuk fashion show).
Di tengah keriuhan, tiba-tiba kita diingatkan: hewan kurban harus sehat, cukup umur, dan bebas cacat.
Syaratnya dangdut: tidak boleh buta, pincang, sakit, atau terlalu kurus. Kalau sampai salah pilih, bisa-bisa kurban kita dianggap "nanggung"---seperti nasi kotak tanpa lauk.Â
Nah, di sinilah letak "susah"-nya. Memilih hewan kurban bukan sekadar memilih yang terbesar atau termahal. Ini soal memastikan hewan itu layak secara syariat.
Misalnya, usia sapi minimal dua tahun. Tanya saja ke penjual: "Mas, sapi ini sudah bisa nyetir mobil belum?" Kalau penjual bengong, mungkin lebih baik cek gigi sapi.
Gigi susu yang sudah tanggal menandakan usia minimal terpenuhi. Proses ini mirip screening calon menantu: "Sudah kerja belum? Punya KTP?"Â