Pernah nggak sih, otakmu sudah menyusun kalimat sempurna bak esai pemenang Nobel, tapi begitu sampai di mulut, tiba-tiba berubah jadi kode Morse yang hanya dimengerti alien?
Seperti punya printer canggih di kepala, tapi kabel data-nya terputus setiap kali mau mencetak. Hasilnya? Dokumen pikiran yang mestinya rapi, malah jadi coretan abstrak ala balita sedang eksperimen kopi.Â
Kok bisa, sih?Â
Pertama, mari kita akui: manusia bukan robot. Otak kita itu multitasking - nya minta ampun. Sambil mengingat nama teman SD, menyusun argumen tentang politik global, dan mengutuk diri sendiri karena lupa mematikan kompor.
Tapi ketika harus mengungkapkan satu ide saja, tiba-tiba semua sistem error 404. Penyebabnya bisa psikologis (misal: takut dikritik), emosional (cemas berlebihan), atau sekadar faktor lingkungan (misal: lawan bicaramu sedang pakai dasi mahal dan wajahnya lebih seram dari dosen pembimbing skripsi).Â
Bayangkan otak kita seperti pasar tradisional jelang lebaran. Ada pedagang kata-kata berteriak menawarkan sinonim, ada tukang perasaan yang tawar-menawar emosi, dan penjual logika yang ngotot soal struktur kalimat.
Saat kita harus bicara, semua pedagang itu berebut panggung. Alhasil, yang keluar bukan kalimat elegan, tapi campur aduk antara "Eh..." dan "Jadi gini..." plus gerakan tangan random seperti sedang menyihir ular.Â
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?Â
1. Jadilah Teman Baik untuk Diri SendiriÂ
  Bayangkan jika temanmu grogi saat presentasi. Apakah kamu akan menyemangati atau malah menertawakan?