Di tengah pusaran ketidakpastian ekonomi global, nama Sri Mulyani Indrawati kembali menjadi sorotan. Isu mundurnya Menteri Keuangan yang karib disapa Ani ini dari Kabinet Merah Putih mengemuka seiring dinamika politik dan tekanan fiskal yang kian kompleks.
Meski hanya dijawab dengan senyum khasnya, kabar tersebut bukan sekadar rumor. Ada narasi panjang di balik senyuman itu: pertarungan antara realitas ekonomi, target politik, dan integritas kebijakan.Â
Dunia sedang tidak baik-baik saja. Amerika Serikat, sebagai poros ekonomi terbesar, perlahan meninggalkan prinsip multilateralisme yang selama ini menjadi fondasi kerja sama global.
Perang tarif, persaingan teknologi, dan fragmentasi geopolitik mengubah peta ekonomi menjadi medan "perang permainan" (war game) yang sarat ketegangan.
Presiden Prabowo Subianto, dalam rapat kabinet tertutup, dikabarkan memberi instruksi khusus kepada jajarannya, termasuk Sri Mulyani. Indonesia harus memperkuat ketahanan nasional menghadapi perubahan orde dunia ini.
"Dunia tidak lagi unilateral seperti yang kita kenal," tegas Ani dalam konferensi pers APBN, Kamis (13/3/2025).Â
Situasi ini tercermin dari memudarnya solidaritas forum internasional. Pertemuan G20 terakhir di Brazil, misalnya, diwarnai absennya sejumlah menteri dari negara-negara besar.
Bandingkan dengan Presidensi G20 Indonesia 2022, di mana seluruh anggota hadir. "Ini bukti betapa fundamentalnya perubahan tiga tahun terakhir," ujar Sri Mulyani.
Dalam kondisi demikian, Indonesia tak punya pilihan selain berstrategi ekstra hati-hati. Namun, di dalam negeri, benturan antara target politik dan realitas ekonomi justru memanas.Â
Isu pengunduran diri Sri Mulyani mencuat setelah pertemuannya dengan Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Rabu (12/3/2025). Saat ditanya wartawan, ia hanya tersenyum---gestur yang kerap ditafsirkan sebagai sikap diplomatis menghindari konflik.