Bulan Ramadan bukan hanya tentang puasa dan ibadah semata, melainkan juga momen untuk merenung, belajar, dan meresapi jejak-jejak sejarah yang membentuk identitas spiritual suatu tempat.
Di Kota Palu, ibukota Sulawesi Tengah, Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk menyelami kisah-kisah masa lalu yang terpatri dalam bangunan, naskah kuno, hingga makam para penyebar agama.
Seperti sebuah lukisan yang tersusun dari warna-warni budaya dan kepercayaan, Palu menawarkan pengalaman wisata Ramadan yang tak hanya memuaskan mata, tetapi juga menyentuh kalbu. Â
1. Al Qur'an Tulisan Tangan
Perjalanan dimulai di Museum Negeri Sulawesi Tengah, Jalan Sapiri, pada suatu siang di hari keenam Ramadan 1446 H. Matahari terik tak menyurutkan langkah untuk menyambangi ruang pamer yang menyimpan harta karun tak ternilai: Alquran tulisan tangan berusia 200 tahun.
Kertasnya yang menguning, terbuat dari kulit kayu, masih memancarkan aura kesakralan. Dengan panjang 34 cm dan lebar 25 cm, kitab setebal 700 halaman ini menjadi saksi bisu perjalanan Islam di Nusantara.
Menurut Iksam Djorimi, arkeolog dan ahli cagar budaya, keberadaan Al Qur'an ini merupakan koleksi pertama sejak Museum Sulawesi Tengah berdiri pada tahun 1978, sehingga setiap lembarannya menyimpan cerita perjalanan Islam yang telah merambah Nusantara sejak abad ke-13.
Di setiap pergantian juz, hiasan dan kaligrafi yang berbeda seakan menggambarkan perpaduan budaya antara tradisi lokal dan nilai-nilai Islam.
Â
"Ini ditulis di Negeri Tompi," ujarnya, merujuk pada tulisan Arab Melayu di halaman belakang Alquran. Negeri Tompi, yang diduga merujuk pada Tompe di Donggala, menjadi titik penting dalam rekonstruksi sejarah.